Pengertian Etika, Etika Bisnis dan contohnya
Pengertian Etika
*Menurut Kamus Bahasa Indonesia (Poerwadarminta) etika adalah “ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral)”
* Menurut Drs. O.P. SIMORANGKIR "etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik. "
*Menurut Magnis Suseno, "Etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran.Yang memberi kita norma tentang bagaimana kita harus hidup adalah moralitas".
contoh-contoh etika dlm kehidupan sehari-hari,yaitu :
1. Jujur tidak berbohong
2. Bersikap Dewasa tidak kekanak-kanakan
3. Lapang dada dalam berkomunikasi
4. Menggunakan panggilan / sebutan orang yang baik
5. Menggunakan pesan bahasa yang efektif dan efisien
6. Tidak mudah emosi / emosional
7. Berinisiatif sebagai pembuka dialog
8. Berbahasa yang baik, ramah dan sopan
9. Menggunakan pakaian yang pantas sesuai keadaan
10. Bertingkah laku yang baik
Pengertian Etika Bisnis
Etika
bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan
salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana
diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis (Velasquez,
2005).
Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain adalah:
1. Pengendalian diri
2. Pengembangan tanggung jawab social (social responsibility)
3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi
4. Menciptakan persaingan yang sehat
5. Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”
6. Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi)
7. Mampu menyatakan yang benar itu benar
8. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha ke bawah
9. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
10. Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati
11. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hokum positif yang berupa peraturan perundang-undangan
Ada 3 jenis masalah yang dihadapi dalam Etika yaitu
1. Sistematik
Masalah-masalah
sistematik dalam etika bisnis pertanyaan-pertanyaan etis yang muncul
mengenai sistem ekonomi, politik, hukum, dan sistem sosial lainnya
dimana bisnis beroperasi.
2. Korporasi
Permasalahan
korporasi dalam perusahaan bisnis adalah pertanyaan-pertanyaan yang
dalam perusahaan-perusahaan tertentu. Permasalahan ini mencakup
pertanyaan tentang moralitas aktivitas, kebijakan, praktik dan struktur
organisasional perusahaan individual sebagai keseluruhan.
3. Individu
Permasalahan individual dalam etika bisnis adalah pertanyaan yang muncul seputar individu tertentu dalam perusahaan. Masalah ini termasuk pertanyaan tentang moralitas keputusan, tindakan dan karakter individual.
Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara
untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang
berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat.
Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil,
sesuai dengan hukum yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan
individu ataupun perusahaan di masyarakat.
Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan
merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal
ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan
wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.
Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance Managemen
Jouurnal (1988), memberikan tiga pendekatan dasar dalam merumuskan
tingkah laku etika bisnis, yaitu :
- Utilitarian Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.
- Individual Rights Approach : setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang lain.
- Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara perseorangan ataupun secara kelompok.
Etika bisnis dalam perusahaan memiliki peran yang sangat penting,
yaitu untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya
saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai
(value-creation) yang tinggi, diperlukan suatu landasan yang kokoh.
Contoh kasus etika bisnis:
1. Sebuah perusahaan pengembang di Lampung membuat
kesepakatan dengan sebuah perusahaan perusahaan kontraktor untuk
membangun sebuah pabrik. Sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati
pihak pengembang memberikan spesifikasi bangunan kepada pihak
perusahaan kontraktor tersebut. Dalam pelaksanaannya, perusahaan
kontraktor menyesuaikan spesifikasi bangunan pabrik yang telah
dijanjikan. Sehingga bangunan pabrik tersebut tahan lama dan tidak
mengalami kerusakan. Dalam kasus ini pihak perusahaan kontraktor telah
mematuhi prinsip kejujuran karena telah memenuhi spesifikasi bangunan
yang telah mereka musyawarahkan bersama pihak pengembang.
2. Sebuah Yayasan Maju Selalu menyelenggarakan pendidikan setingkat SMA. Pada tahun ajaran baru sekolah mengenakan biaya sebesar Rp.500.000,- kepada setiap siswa baru. Pungutan sekolah ini diinformasikan kepada mereka saat akan mendaftar,sehingga setelah diterima,mereka
harus membayarnya. Kemudian pihak sekolah memberikan informasi ini
kepada wali murid bahwa pungutan tersebut digunakan untuk biaya
pembuatan seragam sekolah yang akan dipakai oleh semua murid pada setiap
hari rabu-kamis. Dalam kasus ini Yayasan dan sekolah dapat
dikategorikan mengikuti transparasi.
3. Pada tahun 1990 an, kasus yang masih mudah
diingat yaitu Enron. Bahwa Enron adalah perusahaan yang sangat bagus
dan pada saat itu perusahaan dapat menikmati booming industri energi
dan saat itulah Enron sukses memasok enegrgi ke pangsa pasar yang
bergitu besar dan memiliki jaringan yang luar biasa luas. Enron bahkan
berhasil menyinergikan jalur transmisi energinya untuk jalur teknologi
informasi. Dan data yang ada dari skilus bisnisnya, Enron memiliki
profitabilitas yang cukup menggiurkan. Seiring dengan booming indutri
energi, akhirnya memosisikan dirinya sebagai energy merchants dan
bahkan Enron disebut sebagai ”spark spead” Cerita pada awalnya adalah
anggota pasar yang baik, mengikuti peraturan yang ada dipasar dengan
sebagaimana mestinya. Pada akhirnya Enron meninggalkan prestasi dan
reputasinya baik tersebut, karena melakukan penipuan dan penyesatan..
Sebagai perusahaan Amerika terbesar ke delapan, Enron kemudian kolaps
pada tahun 2001.
Berdasarkan referensi-referensi dan contoh diatas. saya sependapat etika bisnis adalah studi yang dikhususkan
mengenai moral yang benar dan salah yang harus dipelajari oleh semua
perilaku bisnis. karena menurut saya dalam berbisnis sangat penting
untuk beretika dan melakukan persaingan yang sehat antar pelaku bisnis.
kita dapat melihat di contoh diatas pelaku bisnis yang menggunakan etika
dalam berbisnis akan mengikuti transparansi, kejujuran, dan nilai-nilai
moral yang baik. sedangkan pada contoh ketiga ialah contoh kasus yang
melakukan penipuan dan penyesatan. sangat tidak bagus dan merusak nama
dan citra perusahaan.
oleh karena itu, sekali lagi menurut saya Etika Bisnis sangat diperlukan bagi semua pelaku bisnis.
Dan pendapat saya tentan etika adalah : sikap seseorang dan kelompok masyarakat dalam merealisasikan moralitas
dalam kehidupan sehari-hari menurut ukuran dan berperilaku yang baik.
referensi:
INDIKATOR ETIKA BISNIS
Kehidupan
bisnis modern menurut banyak pengamat cenderung mementingkan
keberhasilan material. Menempatkan material pada urutan prioritas utama,
dapat mendorong para pelaku bisnis dan masyarakat umum melirik dan
menggunakan paradigma dangkal tentang makna dunia bisnis itu sendiri.
Sesungguhnya dunia binis tidak sesadis yang dibayangkan orang dan
material bukanlah harga mati yang harus diupayakan dengan cara apa yang
dan bagaimanapun. Dengan paradigma sempit dapat berkonotasi bahwa bisnis
hanya dipandang sebagai sarana meraih pendapatan dan keuntungan uang
semata, dengan mengabaikan kepentingan lainnya. Organisasi bisnis dan
perusahaan dipandang hanya sekedar mesin dan sarana untuk memaksimalkan
keuntungannya dan dengan demikian bisnis semata-mata berperan sebagai
jalan untuk menumpuk kekayaan dan bisnis telah menjadi jati diri lebih
dari mesin pengganda modal atau kapitalis.
Dari
sudut pandang etika, keuntungan bukanlah hal yang baru, bahkan secara
moral keuntungan merupakan hal yang baik dan diterima. Alasannya adalah
sebagai berikut:
1. Secara moral keuntungan memungkinkan organisasi/perusahaan untuk bertahan dalam kegiatan bisnisnya.
2.
Tanpa memperoleh keuntungan tidak ada pemilik modal yang bersedia
menanamkan modalnya, dan karena itu berarti tidak akan terjadi aktivitas
yang produktif dalam memacu pertumbuhan ekonomi.
3.
Keuntungan tidak hanya memungkinkan perusahaan bertahan melainkan dapat
menghidupi karyawannya ke arah tingkat hidup yang lebih baik.
Keuntungan dapat dipergunakan sebagai pengembangan perusahaan sehingga
hal ini akan membuka lapangan kerja baru.
Implementasi
etika dalam penyelenggaraan bisnis mengikat setiap personal menurut
bidang tugas yang diembannya. Dengak kata lain mengikat manajer,
pimpinan unit kerja dan kelembagaan perusahaan. Semua anggota
organisasi/perusahaan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi harus
menjabarkan dan melaksanakan etika bisnis secara konsekuen dan penuh
tanggung jawab. Dalam pandangan sempit perusahaan dianggap sudah
dianggap melaksanakan etika bisnis bilamana perusahaan yang bersangkutan
telah melaksanakan tanggung jawab sosialnya. Dari berbagai pandangan
etika bisnis, beberapa indikator yang dapat dipakai untuk menyatakan
bahwa seseorang atau perusahaan telah mengimplementasikan etika bisnis
antara lain adalah:
1. Indikator
Etika Bisnis menurut ekonomi adalah apabila perusahaan atau pebisnis
telah melakukan pengelolaan sumber daya bisnis dan sumber daya alam
secara efisien tanpa merugikan masyarakat lain.
2. Indikator
Etika Bisnis menurut peraturan khusus yang berlaku. Berdasarkan
indikator ini seseorang pelaku bisnis dikatakan beretika dalam bisnisnya
apabila masing-masing pelaku bisnis mematuhi aturan-aturan khusus yang
telah disepakati sebelumnya.
3. Indikator
Etika Bisnis menurut hukum. Berdasarkan indikator hukum seseorang atau
suatu perusahaan dikatakan telah melaksanakan etika bisnis apabila
seseorang pelaku bisnis atau suatu perusahaan telah mematuhi segala
norma hukum yang berlaku dalam menjalankan kegiatan bisnisnya.
4. Indikator
Etika Bisnis berdasarkan ajaran agama. Pelaku bisnis dianggap beretika
bilamana dalam pelaksanaan bisnisnya senantiasa merujuk kepada
nilai-nilai ajaran agama yang dianutnya.
5. Indikator
Etika Bisnis berdasarkan nilai budaya. Setiap pelaku bisnis baik secara
individu maupun kelembagaan telah menyelenggarakan bisnisnya dengan
mengakomodasi nilai-nilai budaya dan adat istiadat yang ada disekitar
operasi suatu perusahaan, daerah dan suatu bangsa.
6. Indikator
Etika Bisnis menurut masing-masing individu adalah apabila
masing-masing pelaku bisnis bertindak jujur dan tidak mengorbankan
integritas pribadinya
Ref : http://melvino84.blogspot.com/2011/10/indikator-etika-bisnis_14.html
Prinsip dalam Etika Bisnis
Etika
bisnis merupakan etika yang berlaku dalam kelompok para pelaku bisnis
dan semua pihak yang terkait dengan eksistensi korporasi termasuk dengan
para kompetitor. Etika itu sendiri merupakan dasar moral, yaitu
nilai-nilai mengenai apa yang baik dan buruk serta berhubungan dengan
hak dan kewajiban moral.
Dalam etika bisnis berlaku prinsip-prinsip yang seharusnya dipatuhi oleh para pelaku bisnis.
Prinsip dimaksud adalah :
1. Prinsip
Otonomi, yaitu kemampuan mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan
kesadaran tentang apa yang baik untuk dilakukan dan bertanggung jawab
secara moral atas keputusan yang diambil.
2. Prinsip
Kejujuran, bisnis tidak akan bertahan lama apabila tidak berlandaskan
kejujuran karena kejujuran merupakan kunci keberhasilan suatu bisnis
(missal, kejujuran dalam pelaksanaan kontrak, kejujuran terhadap
konsumen, kejujuran dalam hubungan kerja dan lain-lain).
3. Prinsip
Keadilan, bahwa tiap orang dalam berbisnis harus mendapat perlakuan
yang sesuai dengan haknya masing-masing, artinya tidak ada yang boleh
dirugikan haknya.
4. Prinsip
Saling Mengutungkan, agar semua pihak berusaha untuk saling
menguntungkan, demikian pula untuk berbisnis yang kompetitif.
5. Prinsip
Integritas Moral, prinsip ini merupakan dasar dalam berbisnis dimana
para pelaku bisnis dalam menjalankan usaha bisnis mereka harus menjaga
nama baik perusahaan agar tetap dipercaya dan merupakan perusahaan
terbaik.
Ref : http://biruhitam17.blogspot.com/2011/10/prinsip-dalam-etika-bisnis.html
0 komentar:
Posting Komentar