Keterkaitan antara Analisis Kasus dengan Adanya Metode Ilmiah
Metode ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan
untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan
melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan
fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan
melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis
tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.
Karakterisasi Metode Ilmiah
Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Dalam proses karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan yang dimiliki oleh subjek yang diteliti. Selain itu, proses ini juga dapat melibatkan proses penentuan (definisi) dan pengamatan; pengamatan yang dimaksud seringkali memerlukan pengukuran dan/atau perhitungan yang cermat.
Proses pengukuran dapat dilakukan dalam suatu tempat yang
terkontrol, seperti laboratorium, atau dilakukan terhadap objek yang tidak
dapat diakses atau dimanipulasi seperti bintang atau populasi manusia. Proses
pengukuran sering memerlukan peralatan ilmiah khusus seperti termometer,
spektroskop, atau voltmeter, dan kemajuan suatu bidang ilmu biasanya berkaitan
erat dengan penemuan peralatan semacam itu. Hasil pengukuran secara ilmiah
biasanya ditabulasikan dalam tabel, digambarkan dalam bentuk grafik, atau
dipetakan, dan diproses dengan perhitungan statistika seperti korelasi dan regresi.
Pengukuran dalam karya ilmiah biasanya juga disertai dengan estimasi
ketidakpastian hasil pengukuran tersebut. Ketidakpastian tersebut sering
diestimasikan dengan melakukan pengukuran berulang atas kuantitas yang diukur
Langkah-langkah yang ditempuh dalam metode ilmiah adalah
sebagai berikut:
1. Perumusan masalah
Perumusan masalah adalah langkah awal dalam melakukan kerja ilmiah. Masalah adalah kesulitan yang dihadapi yang memerlukan penyelesaiannya atau pemecahannya. Masalah penelitian dapat di ambil dari masalah yang ditemukan di lingkungan sekitar kita, baik benda mati maupun makhluk hidup. Misalnya, saat kamu berada di pantai dan mengamati ombak di lautan. Pada saat itu di pikiranmu mungkin timbul pertanyaan, mengapa terjadi ombak? Atau, bagaimanakah cara terjadinya ombak? Untuk dapat merumuskan permasalahan dengan tepat, maka perlu melakukan identifikasi masalah.Agar permasalahan dapat diteliti dengan seksama, maka perlu dibatasi. Pembatasan diperlukan agar kita dapat fokus dalam menyelesaikan penelitian kita.
Hal-hal yang harus diperhatikan di dalam merumuskan masalah, antara lain sebagai berikut :
- Masalah hendaknya dapat dinyatakan dalam bentuk kalimat Tanya.
- Rumusan masalah hendaknya singkat, padat, jelas dan mudah dipahami. Rumusan masalah yang terlalu panjang akan sulit dipahami dan akan menyimpang dari pokok permasalahan.
- Rumusan masalah hendaknya merupakan masalah yang kemungkinan dapat dicari cara pemecahannya. Permasalahan mengapa benda bergerak dapat dicari jawabannya dibandingkan permasalahn apakah dosa dapat diukur.
2. Perumusan hipotesis
Ketika kita mengajukan atau merumuskan pertanyaan penelitian,
maka sebenarnya pada saat itu jawabanya sudah ada dalam pikiran. Jawaban
tersebut memang masih meragukan dan bersifat sementara, akan tetapi jawaban
tersebut dapat digunakan untuk mengarahkan kita untuk mencari jawaban yang
sebenarnya. Pernyataan yang dirumuskan sebagai jawaban sementara terhadap
pertanyaan penelitian disebut sebagai hipotesis penelitian. Hipotesisi
penelitian dapat juga dikatakan sebagai dugaan yang merupakan jawaban sementara
terhadap masalah sebelum dibuktikan kebenarannya. Oleh karena berupa dugaan
maka hipotesis yang kita buat mungkin saja salah. Ileh karena itu, kita harus
melakukan sebuah percobaan untuk menguji kebenaran hipotesis yang sudah kita
buat
3. Perancangan penelitian
Sebelum dilakukan penelitian terlebih dahulu harus dipersiapkan rancangan penelitiannya. Rancangan penelitian ini berisi tentang rencana atau hal-hal yang harus dilakukan sebelum, selama dan setelah penelitian selesai. Metode penelitian, alat dan bahan yang diperlukan dalam penelitian juga harus disiapkan dalam rancangan penelitian.
Penelitian yang kita lakukan dapat berupa penelitian deskriptif maupun penelitian eksperimental. Penelitian deskripsi merupakan penelitian yang memberikan gambaran secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta dan sifat-sipat objek yang diselidiki. Contoh dari penelitian deskriptif, misalnya penelitian untuk mengetahui populasi hewan komodo yang hidup di Pulau komodo pada tahun 2008.
Adapun penelitian eksperimental merupakan penelitian yang
menggunakan kelompok pembanding. Contoh penelitian eksperimental, misalnya
penelitian tentang perbedaan pertumbuhan tanaman di tempat yang terkena
matahari dengan pertumbuhan tanaman di tempat yang gelap.
Selain rancangan penelitian, terdapat beberapa faktor lain yang juga harus diperhatikan. Faktor pertama adalah variabel penelitian, sedangkan yang kedua adalah populasi dan sampel. Variabel merupakan faktor yang mempengaruhi hasil penelitian. Populasi merupakan kumpulan/himpunan dari semua objek yang akan diamati ketika melakukan penelitian, sedangkan sampel merupakan himpunan bagian dari populasi.
Di dalam penelitian, variabel dapat dibedakan menjadi :
- Variabel bebas yaitu variabel yang sengaja mengalami perlakuan atau sengaja diubah dan dapat menentukan variabel lainnya (variabel terikat)
- Variabel terikat yaitu variabel yang mengalami perubahan dengan pola teratur (dipengaruhi oleh variabel bebas)
- Variabel control yaitu variabel yang digunakan sebagai pembanding dan tidak mengalami perlakuan atau tidak diubah-ubah selama penelitian.
4. Pelaksanaan penelitian
Langkah langkah pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut :
a. Persiapan penelitian biasanya diwujudkan dalam pembuatan rancangan penelitian. Alat, bahan, tempat, waktu dan teknik pengumpulan data juga harus dipersiapkan dengan baik.
b. Pelaksanaan
·
Pengumpulan/pengambilan data
a) Data kualitatif merupakan data yang diperoleh dari hasil
pengamatan dengan menggunakan alat indra, seperti indra penglihatan (mata),
indra penciuman (hidung), indra pengecap (lidah), indra pendengaran (telinga),
dan indra peraba (kulit). Contohnya adalah ketika kita melakukan pengamatan buah
mangga maka data kualitatif yang dapat kita peroleh adalah mengenai rasa buah,
warna kulit, dan daging buah, serta wangi atau aroma buah.
b) Data kualitatif merupakan data yang diperoleh dari hasil
pengukuran sehingga akan diperoleh data berupa angka-angka. Contohnya adalah
data mengnai berat buah mangga,ketebalan daging buah, diameter buah mangga.
·
Pengolahan data, setelah data-data yang kita perlukan
berhasil dikumpulkan maka tahapan selanjutnya adalah melakukan pengolahan atau
analisis data. Data yang kita peroleh dapat ditulis atau kita nyatakan dalam
beberapa bentuk, seperti table, grafik dan diagram.
·
Menarik kesimpulan, setelah pengolahan data melalui analisis
selesai dilakukan maka kita dapat mengetahui apakah hipotesis yang kita buat
sesuai dengan hasil penelitian atau mungkin juga tidak sesuai. Selanjutnya kita
dapat mengambil kesimpilan dari penelitian yang telah kita lakukan. Kesimpulan
yang kita peroleh dari hasil penelitian dapat mendukung hipotesis yang kita
buat, tetapi kesimpulan yang kita ambil harus dapat menjawab permasalahan yang
melatarbelakangi penelitian.
5. Pelaporan penelitian
Sistematika penyusunan laporan penelitian:
- Pendahuluan, bagian pendahuluan merupakan bagian awal dari laporan hasil penelitian dan berisi tentang latar belakang dilaksanakannya penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan hipotesis
- Telaah kepustakaan/kajian teori, bagian kajian teori merupakan bagian yang berisi tentang hasil telaah yang dilakukan oleh peneliti terhadap teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.
- Metode penelitian, berisi segala sesuatu yang dilakukan oleh peneliti mulai dari persiapan, pelaksanaan dan akhir dari sebuah penelitian. Bagian metode penelitian berisi tentang teknik pengambilan data, cara atau teknik pengolahan data, populasi dan sampel, alat, bahan, tempat dan waktu penelitian.
- Hasil dan pembahasan penelitian, berisi tentang data hasil penelitian yang berhasil dikumpulkan selama penelitian. Data yang diperoleh disampaikan dalam bentuk grafik, tabel , atau diagram.
- Kesimpulan dan saran, berisi tentang kesimpulan yang dihasilkan merupakan jawaban terhadp hipotesis yang sudah diuji kebenarannya. Saran dari peneliti kepada pihak lain, yaitu pembaca dan bagi peneliti lainnya untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya.
CONTOH KASUS
Globalisasi
adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam
masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu.
Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi
proses globalisasi ini.
Globalisasi
menyentuh seluruh aspek penting kehidupan.Globalisasi menciptakan berbagai
tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya
memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Globalisasi sendiri
merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua puluh tahun yang lalu, dan
mulai begitu populer sebagai ideologi baru sekitar lima atau sepuluh tahun
terakhir. Sebagai istilah, globalisasi begitu mudah diterima atau dikenal
masyarakat seluruh dunia. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai
dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu
mengubah dunia secara mendasar.
Globalisasi
sering diperbincangkan oleh banyak orang, mulai dari para pakar ekonomi, sampai
penjual iklan. Dalam kata globalisasi tersebut mengandung suatu pengetian akan
hilangnya satu situasi dimana berbagai pergerakan barang dan jasa antar negara
diseluruh dunia dapat bergerak bebas dan terbuka dalam perdagangan. Dan dengan
terbukanya satu negara terhadap negara lain, yang masuk bukan hanya barang dan
jasa, tetapi juga teknologi, pola konsumsi, pendidikan, nilai budaya dan
lain-lain. Konsep akan globalisasi menurut Robertson (1992), mengacu pada
penyempitan dunia secara insentif dan peningkatan kesadaran kita akan dunia,
yaitu semakin meningkatnya koneksi global dan pemahaman kita akan koneksi
tersebut.
Di
sini penyempitan dunia dapat dipahami dalam konteks institusi modernitas dan
intensifikasi kesadaran dunia dapat dipersepsikan refleksif dengan lebih baik
secara budaya.Globalisasi memiliki banyak penafsiran dari berbagai sudut
pandang. Sebagian orang menafsirkan globalisasi sebagai proses pengecilan dunia
atau menjadikan dunia sebagaimana layaknya sebuah perkampungan kecil. Sebagian
lainnya menyebutkan bahwa globalisasi adalah upaya penyatuan masyarakat dunia
dari sisi gaya hidup, orientasi, dan budaya. Pengertian lain dari globalisasi
seperti yang dikatakan oleh Barker (2004) adalah bahwa globalisasi merupakan
koneksi global ekonomi, sosial, budaya dan politik yang semakin mengarah ke
berbagai arah di seluruh penjuru dunia dan merasuk ke dalam kesadaran kita.
Produksi
global atas produk lokal dan lokalisasi produk global Globalisasi adalah proses
dimana berbagai peristiwa, keputusan dan kegiatan di belahan dunia yang satu
dapat membawa konsekuensi penting bagi berbagai individu dan masyarakat di
belahan dunia yang lain.(A.G. Mc.Grew, 1992).
Proses
perkembangan globalisasi pada awalnya ditandai kemajuan bidang teknologi
informasi dan komunikasi. Bidang tersebut merupakan penggerak globalisasi.Dari
kemajuan bidang ini kemudian mempengaruhi sektor-sektor lain dalam kehidupan,
seperti bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Contoh sederhana
dengan teknologi internet, parabola dan TV, orang di belahan bumi manapun akan
dapat mengakses berita dari belahan dunia yang lain secara cepat. Hal ini akan
terjadi interaksi antarmasyarakat dunia secara luas, yang akhirnya akan saling
mempengaruhi satu sama lain, terutama pada kebudayaan daerah,seperti kebudayaan
gotong royong,menjenguk tetangga sakit dan lain-lain. Globalisasi juga
berpengaruh terhadap pemuda dalam kehidupan sehari-hari, seperti budaya
berpakaian, gaya rambut dan sebagainya
Setelah menganalisis kasus diatas
tentang Pengaruh Globalisasi maka kasus tersebut dapat dikembang menjadi
suatu penelitian metode ilmiah. Dibawah ini contoh penelitian metode ilmiah
dengan beberapa kerangka metode ilmiah. Penelitian metode ilmiah ini tentang "
Pengaruh Globalisasi Terhadap Eksistensi Kebudayaan Daerah " .
PENGARUH
GLOBALISASI TERHADAP EKSISTENSI KEBUDAYAAN DAERAH
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Globalisasi
adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam
masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu.
Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi
proses globalisasi ini.
Globalisasi
menyentuh seluruh aspek penting kehidupan.Globalisasi menciptakan berbagai
tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya
memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Globalisasi sendiri
merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua puluh tahun yang lalu, dan
mulai begitu populer sebagai ideologi baru sekitar lima atau sepuluh tahun
terakhir. Sebagai istilah, globalisasi begitu mudah diterima atau dikenal
masyarakat seluruh dunia. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai
dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu
mengubah dunia secara mendasar.
Globalisasi
sering diperbincangkan oleh banyak orang, mulai dari para pakar ekonomi, sampai
penjual iklan. Dalam kata globalisasi tersebut mengandung suatu pengetian akan
hilangnya satu situasi dimana berbagai pergerakan barang dan jasa antar negara
diseluruh dunia dapat bergerak bebas dan terbuka dalam perdagangan. Dan dengan
terbukanya satu negara terhadap negara lain, yang masuk bukan hanya barang dan
jasa, tetapi juga teknologi, pola konsumsi, pendidikan, nilai budaya dan
lain-lain. Konsep akan globalisasi menurut Robertson (1992), mengacu pada
penyempitan dunia secara insentif dan peningkatan kesadaran kita akan dunia,
yaitu semakin meningkatnya koneksi global dan pemahaman kita akan koneksi
tersebut.
Di
sini penyempitan dunia dapat dipahami dalam konteks institusi modernitas dan
intensifikasi kesadaran dunia dapat dipersepsikan refleksif dengan lebih baik
secara budaya.Globalisasi memiliki banyak penafsiran dari berbagai sudut
pandang. Sebagian orang menafsirkan globalisasi sebagai proses pengecilan dunia
atau menjadikan dunia sebagaimana layaknya sebuah perkampungan kecil. Sebagian
lainnya menyebutkan bahwa globalisasi adalah upaya penyatuan masyarakat dunia
dari sisi gaya hidup, orientasi, dan budaya. Pengertian lain dari globalisasi
seperti yang dikatakan oleh Barker (2004) adalah bahwa globalisasi merupakan
koneksi global ekonomi, sosial, budaya dan politik yang semakin mengarah ke
berbagai arah di seluruh penjuru dunia dan merasuk ke dalam kesadaran kita.
Produksi
global atas produk lokal dan lokalisasi produk global Globalisasi adalah proses
dimana berbagai peristiwa, keputusan dan kegiatan di belahan dunia yang satu
dapat membawa konsekuensi penting bagi berbagai individu dan masyarakat di
belahan dunia yang lain.(A.G. Mc.Grew, 1992).
Proses
perkembangan globalisasi pada awalnya ditandai kemajuan bidang teknologi
informasi dan komunikasi. Bidang tersebut merupakan penggerak globalisasi.Dari
kemajuan bidang ini kemudian mempengaruhi sektor-sektor lain dalam kehidupan,
seperti bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Contoh sederhana
dengan teknologi internet, parabola dan TV, orang di belahan bumi manapun akan
dapat mengakses berita dari belahan dunia yang lain secara cepat. Hal ini akan
terjadi interaksi antarmasyarakat dunia secara luas, yang akhirnya akan saling
mempengaruhi satu sama lain, terutama pada kebudayaan daerah,seperti kebudayaan
gotong royong,menjenguk tetangga sakit dan lain-lain. Globalisasi juga
berpengaruh terhadap pemuda dalam kehidupan sehari-hari, seperti budaya
berpakaian, gaya rambut dan sebagainya
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Dalam
perkembangannya globalisasi menimbulkan berbagai masalah dalam bidang
kebudayaan,misalnya :
1. Hilangnya budaya asli suatu daerah,
2. Terjadinya erosi nilai-nilai budaya,
3. Menurunnya rasa nasionalisme dan
patriotism,
4. Hilangnya sifat kekeluargaan dan
gotong royong,
5. Kehilangan kepercayaan diri - gaya
hidup kebarat-baratan
C. RUMUSAN MASALAH
Adanya
globalisasi menimbulkan berbagai masalah terhadap eksistensi kebudayaan daerah,
salah satunya adalah terjadinya penurunan rasa cinta terhadap kebudayaan yang
merupakan jati diri suatu bangsa, erosi nilai-nilai budaya, terjadinya
akulturasi budaya yang selanjutnya berkembang menjadi budaya massa.
BAB III
PEMBAHASAN
A. GLOBALISASI DAN BUDAYA
Gaung
globalisasi, yang sudah mulai terasa sejak akhir abad ke-20, telah membuat
masyarakat dunia, termasuk bangsa Indonesia harus bersiap-siap menerima
kenyataan masuknya pengaruh luar terhadap seluruh aspek kehidupan bangsa.Salah
satu aspek yang terpengaruh adalah kebudayaan.
Terkait
dengan kebudayaan, ke
budayaan
dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat
ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal.
Atau kebudayaan juga dapat didefinisikan sebagai wujudnya, yang mencakup
gagasan atau ide, kelakuan dan hasil kelakuan (Koentjaraningrat), dimana
hal-hal tersebut terwujud dalam kesenian tradisional kita. Oleh karena itu
nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan atau
psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran.
Aspek-aspek
kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku
seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang
bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah
kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan Bagi bangsa Indonesia aspek
kebudayaan merupakan salah satu kekuatan bangsa yang memiliki kekayaan nilai
yang beragam, termasuk keseniannya.Kesenian rakyat, salah satu bagian dari
kebudayaan bangsa Indonesia tidak luput dari pengaruh globalisasi.
Globalisasi
dalam kebudayaan dapat berkembang dengan cepat, hal ini tentunya dipengaruhi
oleh adanya kecepatan dan kemudahan dalam memperoleh akses komunikasi dan
berita namun hal ini justru menjadi bumerang tersendiri dan menjadi suatu
masalah yang paling krusial atau penting dalam globalisasi, yaitu kenyataan
bahwa perkembangan ilmu pengertahuan dikuasai oleh negara-negara maju, bukan
negara-negara berkembang seperti Indonesia. Mereka yang memiliki dan mampu
menggerakkan komunikasi internasional justru negara-negara maju.
Akibatnya,
negara-negara berkembang, seperti Indonesia selalu khawatir akan tertinggal
dalam arus globalisai dalam berbagai bidang seperti politik, ekonomi, sosial,
budaya, termasuk kesenian kita. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses
ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga
ia mampu mengubah dunia secara mendasar.
Komunikasi
dan transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap
bangsa.Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan
menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Simon
Kemoni, sosiolog asal Kenya mengatakan bahwa globalisasi dalam bentuk yang
alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Dalam proses
alami ini, setiap bangsa akan berusaha menyesuaikan budaya mereka dengan
perkembangan baru sehingga mereka dapat melanjutkan kehidupan dan menghindari
kehancuran. Tetapi, menurut Simon Kimoni, dalam proses ini, negara-negara harus
memperkokoh dimensi budaya mereka dan memelihara struktur nilai-nilainya agar
tidak dieliminasi oleh budaya asing.
Dalam
rangka ini, berbagai bangsa haruslah mendapatkan informasi ilmiah yang
bermanfaat dan menambah pengalaman mereka. Terkait dengan seni dan budaya,
Seorang penulis asal Kenya bernama Ngugi Wa Thiong’o menyebutkan bahwa perilaku
dunia Barat, khususnya Amerika seolah-olah sedang melemparkan bom budaya
terhadap rakyat dunia. Mereka berusaha untuk menghancurkan tradisi dan bahasa pribumi
sehingga bangsa-bangsa tersebut kebingungan dalam upaya mencari indentitas
budaya nasionalnya. Penulis Kenya ini meyakini bahwa budaya asing yang berkuasa
di berbagai bangsa, yang dahulu dipaksakan melalui imperialisme, kini dilakukan
dalam bentuk yang lebih luas dengan nama globalisasi.
B. GLOBALISASI DALAM
KEBUDAYAAN TRADISIONAL DI INDONESIA
Proses
saling mempengaruhi adalah gejala yang wajar dalam interaksi antar masyarakat.
Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun
kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum Indonesia
terbentuk) telah mengalami proses dipengaruhi dan mempengaruhi. Kemampuan
berubah merupakan sifat yang penting dalam kebudayaan manusia.Tanpa itu
kebudayaan tidak mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang senantiasa
berubah.
Perubahan
yang terjadi saat ini berlangsung begitu cepat.Hanya dalam jangka waktu satu
generasi banyak negara-negara berkembang telah berusaha melaksanakan perubahan
kebudayaan, padahal di negara-negara maju perubahan demikian berlangsung selama
beberapa generasi.
Pada
hakekatnya bangsa Indonesia, juga bangsa-bangsa lain, berkembang karena adanya
pengaruh-pengaruh luar. Kemajuan bisa dihasilkan oleh interaksi dengan pihak
luar, hal inilah yang terjadi dalam proses globalisasi. Oleh karena itu,
globalisasi bukan hanya soal ekonomi namun juga terkait dengan masalah atau isu
makna budaya dimana nilai dan makna yang terlekat di dalamnya masih tetap
berarti..Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dalam berbagai
hal, seperti anekaragaman budaya, lingkungan alam, dan wilayah
geografisnya.Keanekaragaman masyarakat Indonesia ini dapat dicerminkan pula
dalam berbagai ekspresi keseniannya.
Dengan
perkataan lain, dapat dikatakan pula bahwa berbagai kelompok masyarakat di
Indonesia dapat mengembangkan keseniannya yang sangat khas. Kesenian yang
dikembangkannya itu menjadi model-model pengetahuan dalam masyarakat.
C. PERUBAHAN BUDAYA DALAM
GLOBALISASI : KESENIAN
YANG BERTAHAN DAN YANG TERSISIHKAN
Perubahan
budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan dari
masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai
yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma social merupakan salh
satu dampak dari adanya globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah
mengubah dunia secara mendasar.Komunikasi dan sarana transportasi internasional
telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa.Kebudayaan setiap bangsa
cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga
melibatkan manusia secara menyeluruh. Misalnya saja khusus dalam bidang hiburan
massa atau hiburan yang bersifat masal, makna globalisasi itu sudah sedemikian
terasa. Sekarang ini setiap hari kita bisa menyimak tayangan film di tv yang
bermuara dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea, dll
melalui stasiun televisi di tanah air. Belum lagi siaran tv internasional yang
bisa ditangkap melalui parabola yang kini makin banyak dimiliki masyarakat
Indonesia. Sementara itu, kesenian-kesenian populer lain yang tersaji melalui
kaset, vcd, dan dvd yang berasal dari manca negara pun makin marak kehadirannya
di tengah-tengah kita. Fakta yang demikian memberikan bukti tentang betapa
negara-negara penguasa teknologi mutakhir telah berhasil memegang kendali dalam
globalisasi budaya khususnya di negara ke tiga. Peristiwa transkultural seperti
itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap keberadaan kesenian kita. Padahal
kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional
yang perlu dijaga kelestariannya. Di saat yang lain dengan teknologi informasi
yang semakin canggih seperti saat ini, kita disuguhi oleh banyak alternatif
tawaran hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang mungkin lebih menarik
jika dibandingkan dengan kesenian tradisional kita. Dengan parabola masyarakat
bisa menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang bersifat mendunia yang berasal
dari berbagai belahan bumi.
Kondisi
yang demikian mau tidak mau membuat semakin tersisihnya kesenian tradisional
Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat akan pemaknaan dalam
masyarakat Indonesia. Misalnya saja bentuk-bentuk ekspresi kesenian etnis
Indonesia, baik yang rakyat maupun istana, selalu berkaitan erat dengan
perilaku ritual masyarakat pertanian. Dengan datangnya perubahan sosial yang
hadir sebagai akibat proses industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan
globalisasi informasi, maka kesenian kita pun mulai bergeser ke arah kesenian
yang berdimensi komersial. Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai
tersingkir dan kehilangan fungsinya.Sekalipun demikian, bukan berarti semua
kesenian tradisional kita lenyap begitu saja. Ada berbagai kesenian yang masih
menunjukkan eksistensinya, bahkan secara kreatif terus berkembang tanpa harus
tertindas proses modernisasi. Pesatnya laju teknologi informasi atau teknologi
komunikasi telah menjadi sarana difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga
alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam bagi masyarakat luas.Akibatnya
masyarakat tidak tertarik lagi menikmati berbagai seni pertunjukan tradisional
yang sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka.Misalnya saja kesenian
tradisional wayang orang Bharata, yang terdapat di Gedung Wayang Orang Bharata
Jakarta
kini tampak sepi seolah-olah tak ada pengunjungnya. Hal ini sangat disayangkan
mengingat wayang merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional Indonesia
yang sarat dan kaya akan pesan-pesan moral, dan merupakan salah satu agen
penanaman nilai-nilai moral yang baik, menurut saya. Contoh lainnya adalah
kesenian Ludruk yang sampai pada tahun 1980-an masih berjaya di Jawa Timur
sekarang ini tengah mengalami “mati suri”. Wayang orang dan ludruk merupakan
contoh kecil dari mulai terdepaknya kesenian tradisional akibat
globalisasi.Bisa jadi fenomena demikian tidak hanya dialami oleh kesenian Jawa
tradisional, melainkan juga dalam berbagai ekspresi kesenian tradisional di
berbagai tempat di Indonesia.Sekalipun demikian bukan berarti semua kesenian
tradisional mati begitu saja dengan merebaknya globalisasi. Di sisi lain, ada
beberapa seni pertunjukan yang tetap eksis tetapi telah mengalami perubahan
fungsi.
Ada
pula kesenian yang mampu beradaptasi dan mentransformasikan diri dengan
teknologi komunikasi yang telah menyatu dengan kehidupan masyarakat, misalnya
saja kesenian tradisional “Ketoprak” yang dipopulerkan ke layar kaca oleh
kelompok Srimulat.
Kenyataan
di atas menunjukkan kesenian ketoprak sesungguhnya memiliki penggemar
tersendiri, terutama ketoprak yang disajikan dalam bentuk siaran televisi,
bukan ketoprak panggung.Dari segi bentuk pementasan atau penyajian, ketoprak
termasuk kesenian tradisional yang telah terbukti mampu beradaptasi dengan
perubahan zaman. Selain ketoprak masih ada kesenian lain yang tetap bertahan
dan mampu beradaptasi dengan teknologi mutakhir yaitu wayang kulit. Beberapa
dalang wayang kulit terkenal seperti Ki Manteb Sudarsono dan Ki Anom Suroto
tetap diminati masyarakat, baik itu kaset rekaman pementasannya, maupun
pertunjukan secara langsung. Keberanian stasiun televisi Indosiar yang sejak
beberapa tahun lalu menayangkan wayang kulit setiap malam minggu cukup sebagai
bukti akan besarnya minat masyarakat terhadap salah satu khasanah kebudayaan
nasional kita. Bahkan Museum Nasional pun tetap mempertahankan eksistensi dari
kesenian tradisonal seperti wayang kulit dengan mengadakan pagelaran wayang
kulit tiap beberapa bulan sekali dan pagelaran musik gamelan tiap satu minggu
atau satu bulan sekali yang diadakan di aula Kertarajasa, Museum Nasional.
D. PENGARUH GLOBALISASI
TERHADAP BUDAYA BANGSA
Arus
globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan budaya
bangsa Indonesia .Derasnya arus informasi dan telekomunikasi ternyata
menimbulkan sebuah kecenderungan yang mengarah terhadap memudarnya nilai-nilai
pelestarian budaya.
Perkembangan
3T (Transportasi, Telekomunikasi, dan Teknologi) mengkibatkan berkurangnya
keinginan untuk melestarikan budaya negeri sendiri .Budaya Indonesia yang
dulunya ramah-tamah, gotong royong dan sopan berganti dengan budaya barat,
misalnya pergaulan bebas.
Di
Tapanuli (Sumatera Utara) misalnya, duapuluh tahun yang lalu, anak-anak
remajanya masih banyak yang berminat untuk belajar tari tor-tor dan tagading
(alat musik batak). Hampir setiap minggu dan dalam acara ritual kehidupan,
remaja di sana selalu diundang pentas sebagai hiburan budaya yang meriah. Saat
ini, ketika teknologi semakin maju, ironisnya kebudayaan-kebudayaan daerah
tersebut semakin lenyap di masyarakat, bahkan hanya dapat disaksikan di
televisi dan Taman Mini Indonesi Indah (TMII).
Padahal
kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut, bila dikelola dengan baik selain dapat
menjadi pariwisata budaya yang menghasilkan pendapatan untuk pemerintah baik
pusat maupun daerah, juga dapat menjadi lahan pekerjaan yang menjanjikan bagi
masyarakat sekitarnya. Hal lain yang merupakan pengaruh globalisasi adalah
dalam pemakaian bahasa indonesia yang baik dan benar (bahasa juga salah satu
budaya bangsa).
Sudah
lazim di Indonesia untuk menyebut orang kedua tunggal dengan Bapak, Ibu, Pak,
Bu, Saudara, Anda dibandingkan dengan kau atau kamu sebagai pertimbangan nilai
rasa. Sekarang ada kecenderungan di kalangan anak muda yang lebih suka
menggunakan bahasa Indonesia dialek Jakarta seperti penyebutan kata gue (saya)
dan lu (kamu). Selain itu kita sering dengar anak muda mengunakan bahasa
Indonesia dengan dicampur-campur bahasa inggris seperti OK, No problem dan
Yes’, bahkan kata-kata makian (umpatan) sekalipun yang sering kita dengar di
film-film barat, sering diucapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata ini
disebarkan melalui media TV dalam film-film, iklan dan sinetron bersamaan
dengan disebarkannya gaya hidup dan fashion . Gaya berpakaian remaja Indonesia
yang dulunya menjunjung tinggi norma kesopanan telah berubah mengikuti
perkembangan jaman. Ada kecenderungan bagi remaja putri di kota-kota besar
memakai pakaian minim dan ketat yang memamerkan bagian tubuh tertentu. Budaya
perpakaian minim ini dianut dari film-film dan majalah-majalah luar negeri yang
ditransformasikan kedalam sinetron-sinetron Indonesia . Derasnya arus
informasi, yang juga ditandai dengan hadirnya internet, turut serta
`menyumbang` bagi perubahan cara berpakaian. Pakaian mini dan ketat telah
menjadi trend dilingkungan anak muda.Salah satu keberhasilan penyebaran
kebudayaan Barat ialah meluasnya anggapan bahwa ilmu dan teknologi yang
berkembang di Barat merupakan suatu yang universal.Masuknya budaya barat (dalam
kemasan ilmu dan teknologi) diterima dengan `baik`. Pada sisi inilah
globalisasi telah merasuki berbagai sistem nilai sosial dan budaya Timur
(termasuk Indonesia ) sehingga terbuka pula konflik nilai antara teknologi dan
nilai-nilai ketimuran.
E.
PENGARUH DAN DAMPAK YANG DITIMBULKAN GLOBALISASI TERHADAP MASYARAKAT MAJENE
a.
Pengaruh
Globalisasi Terhadap jati diri di Kalangan Generasi Muda
Majene.
Arus
globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan
muda.Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kita
kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia.Hal ini ditunjukkan dengan
gejala-gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari anak muda sekarang. Dari
cara berpakaian banyak remaja-remaja kita yang berdandan seperti selebritis
yang cenderung ke budaya Barat. Padahal cara berpakaian tersebut jelas- jelas
tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat
beraneka warna. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan
mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.
Teknologi
internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat
diakses oleh siapa saja.Apa lagi bagi anak muda, internet sudah menjadi
santapan mereka sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya tentu akan
memperoleh manfaat yang berguna. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa
yang menggunakan tidak semestinya.Misal untuk membuka situs-situs porno, bahkan
sampai terkena penipuan.Bukan hanya internet saja, ada lagi pegangan wajib
mereka yaitu hand phone, apalagi sekarang ini mulai muncul hand phone yang
berteknologi tinggi.Mereka justru berlomba-lomba untuk memilikinya, tapi kita
lihat alat musik kebudayaan kita belum tentu mereka mengetahuinya.Hal ini jika
kita lihat dari segi sosial, maka kepedulian terhadap masyarakat menjadi tidak
ada karena mereka lebih memilih kesibukan dengan menggunakan handphone
tersebut.
Dilihat
dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak tahu sopan santun dan
cenderung tidak peduli terhadap lingkungan.Karena globalisasi menganut
kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Jika
pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau apa jadinya generasi muda bangsa?
Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkhis antara golongan
muda. Hubungannya dengan nilai jati diri akan berkurang karena tidak ada rasa
cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat.
Padahal generasi muda adalah penerus masa depan bangsa. Apa akibatnya jika
penerus bangsa tidak memiliki jati diri?
Marilah
kita Mengembalikan Jati Diri Bangsa Indonesia, terima globalisasi dengan rasa
kritis dan banyak melakukan hal positif dalam menggunakan globalisasi yang ada
sekarang ini.Sebagai masyarakat Indonesia mulai dari sekarang kita utamakan
produk dalam negeri dan kenali kebudayaan kita.
b.
Dampak Positif Globalisasi Terhadap Masyarakat Majene.
1. Dilihat dari aspek globalisasi
politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis, karena
pemerintahan adalah bagian dari suatu negara. Jika pemerintahan dijalankan
secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari
rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa jati diri terhadap negara menjadi
meningkat dan kepercayaan masyarakat akan mendukung yang dilakukan oleh
pemerintahan.
2. Dari aspek globalisasi
ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja yang
banyak dan meningkatkan devisa suatu negara. Dengan adanya hal tersebut akan
meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang dapat menunjang kehidupan nasional
dan akan mengurangi kehidupan miskin.
3. Dari aspek globalisasi sosial
budaya, kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang
tinggi dan disiplin serta Iptek dari negara lain yang sudah maju untuk
meningkatkan kedisplinan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa serta akan
mempertebal jati diri kita terhadap bangsa. Serta kita juga dapat bertukar ilmu
pengetahuan tentang budaya suatu bangsa.
c.
Dampak Negatif Globalisasi Terhadap Masyarakat Majene.
1. Aspek politik, Globalisasi
mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan
dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi
Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya jati diri
bangsa akan luntur dan tidak mungkin lagi bangsa kita akan terpecah belah.
2. Aspek Globalisasi ekonomi,
hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar
negeri (mainan, minuman, makanan, pakaian, dll) membanjiri Indonesia. Dengan
hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya
jati diri bangsa kita. Maka hal ini akan menghilangkan beberapa perusahaan
kecil yang memang khusus memproduksi produk dalam negeri.
3. Masyarakat kita khususnya anak
muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia dimana dilihat
dari sopan santun mereka yang mulai berani kepada orang tua, hidup metal, hidup
bebas, dll. Justru anak muda sekarang sangat mengagungkan gaya barat yang sudah
masuk ke bangsa kita dan semakin banyak yang cenderung meniru budaya barat yang
oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.
4. Mengakibatkan adanya
kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya
persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan
pertentangan yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa. Serta menambah
angka pengangguran dan tingkat kemiskinan suatu bangsa.
5. Munculnya sikap individualisme
yang menimbulkan ketidakpedulian sesama warga. Dengan adanya individualisme
maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa. Padahal jati diri bangsa
kita dahulu mengutamakan Gotong Royong, tapi kita sering lihat sekarang
contohnya saja di perumahan / komplek elit, mereka belum tentu mengenal
sesamanya. Dari hal tersebut saja sudah tercermin tidak adanya kepedulian,
karena jika tidak kenal maka tidak sayang.
Dampak
di atas akan perlahan-lahan mempengaruhi kehidupan bangsa Indonesia, Akan
tetapi secara keseluruhan aspek dapat menimbulkan rasa nasionalisme terhadap
bangsa menjadi berkurang atau luntur.
Sebab
globalisasi mampu membuka cakrawala masyarakat Indonesia secara global.Apa yang
ada di luar negeri dianggap baik memberi aspirasi kepada masyarakat kita untuk
diterapkan di negara kita.
Bila
dilaksanakan belum tentu sesuai di Indonesia. Bila tidak dilaksanakan akan
dianggap tidak aspiratif dan dapat bertindak anarkis sehingga mengganggu
stabilitas nasional, ketahanan nasional bahkan persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia.
F. TINDAKAN YANG MENDORONG
TIMBULNYA GLOBALISASI KEBUDAYAAN DAN CARA MENGANTISIPASI ADANYA GLOBALISASI
KEBUDAYAAN
Peran
kebijaksanaan pemerintah yang lebih mengarah kepada pertimbangan-pertimbangan
ekonomi daripada cultural atau budaya dapat dikatakan merugikan suatu
perkembangan kebudayaan. Jennifer Lindsay (1995) dalam bukunya yang berjudul
‘Cultural Policy And The Performing Arts In South-East Asia’, mengungkapkan
kebijakan kultural di Asia Tenggara saat ini secara efektif mengubah dan merusak
seni-seni pertunjukan tradisional, baik melalui campur tangan, penanganan yang
berlebihan, kebijakan-kebijakan tanpa arah, dan tidak ada perhatian yang
diberikan pemerintah kepada kebijakan kultural atau konteks kultural.
Dalam
pengamatan yang lebih sempit dapat kita melihat tingkah laku aparat pemerintah
dalam menangani perkembangan kesenian rakyat, di mana banyaknya campur tangan
dalam menentukan objek dan berusaha merubah agar sesuai dengan tuntutan
pembangunan.Dalam kondisi seperti ini arti dari kesenian rakyat itu sendiri
menjadi hambar dan tidak ada rasa seninya lagi.Melihat kecenderungan tersebut,
aparat pemerintah telah menjadikan para seniman dipandang sebagai objek
pembangunan dan diminta untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan simbol-simbol
pembangunan.
Hal
ini tentu saja mengabaikan masalah pemeliharaan dan pengembangan kesenian
secara murni, dalam arti benar-benar didukung oleh nilai seni yang mendalam dan
bukan sekedar hanya dijadikan model saja dalam pembangunan.
Dengan
demikian, kesenian rakyat semakin lama tidak dapat mempunyai ruang yang cukup
memadai untuk perkembangan secara alami atau natural, karena itu, secara tidak
langsung kesenian rakyat akhirnya menjadi sangat tergantung oleh model-model
pembangunan yang cenderung lebih modern dan rasional. Sebagai contoh dari
permasalahan ini dapat kita lihat, misalnya kesenian asli daerah Betawi yaitu,
tari cokek, tari lenong, dan sebagainya sudah diatur dan disesuaikan oleh
aparat pemerintah untuk memenuhi tuntutan dan tujuan kebijakan-kebijakan
politik pemerintah.
Aparat
pemerintah di sini turut mengatur secara normatif, sehingga kesenian Betawi
tersebut tidak lagi terlihat keasliannya dan cenderung dapat membosankan. Untuk
mengantisipasi hal-hal yang tidak dikehendaki terhadap keaslian dan
perkembangan yang murni bagi kesenian rakyat tersebut, maka pemerintah perlu
mengembalikan fungsi pemerintah sebagai pelindung dan pengayom
kesenian-kesenian tradisional tanpa harus turut campur dalam proses estetikanya.
Memang diakui bahwa kesenian rakyat saat ini membutuhkan dana dan bantuan
pemerintah sehingga sulit untuk menghindari keterlibatan pemerintah dan bagi
para seniman rakyat ini merupakan sesuatu yang sulit pula membuat keputusan
sendiri untuk sesuai dengan keaslian (oroginalitas) yang diinginkan para
seniman rakyat tersebut.
Oleh
karena itu pemerintah harus ‘melakoni’ dengan benar-benar peranannya sebagai
pengayom yang melindungi keaslian dan perkembangan secara estetis kesenian rakyat
tersebut tanpa harus merubah dan menyesuaikan dengan kebijakan-kebijakan
politik.
Globalisasi
informasi dan budaya yang terjadi menjelang millenium baru seperti saat ini
adalah sesuatu yang tak dapat dielakkan.Kita harus beradaptasi dengannya karena
banyak manfaat yang bisa diperoleh. Harus diakui bahwa teknologi komunikasi
sebagai salah produk dari modernisasi bermanfaat besar bagi terciptanya dialog
dan demokratisasi budaya secara masal dan merata.
Globalisasi
mempunyai dampak yang besar terhadap budaya. Kontak budaya melalui media massa
menyadarkan dan memberikan informasi tentang keberadaan nilai-nilai budaya lain
yang berbeda dari yang dimiliki dan dikenal selama ini. Kontak budaya ini
memberikan masukan yang penting bagi perubahan-perubahan dan
pengembangan-pengembangan nilai-nilai dan persepsi dikalangan masyarakat yang
terlibat dalam proses ini. Kesenian bangsa Indonesia yang memiliki kekuatan
etnis dari berbagai macam daerah juga tidak dapat lepas dari pengaruh kontak budaya
ini.Sehingga untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap
perubahan-perubahan diperlukan pengembangan-pengembangan yang bersifat global
namun tetap bercirikan kekuatan lokal atau etnis.
Globalisasi
budaya yang begitu pesat harus diantisipasi dengan memperkuat identitas
kebudayaan nasional.Berbagai kesenian tradisional yang sesungguhnya menjadi
aset kekayaan kebudayaan nasional jangan sampai hanya menjadi alat atau slogan
para pemegang kebijaksanaan, khususnya pemerintah, dalam rangka keperluan
turisme, politik dsb.Selama ini pembinaan dan pengembangan kesenian tradisional
yang dilakukan lembaga pemerintah masih sebatas pada unsur formalitas belaka,
tanpa menyentuh esensi kehidupan kesenian yang bersangkutan.
Akibatnya,
kesenian tradisional tersebut bukannya berkembang dan lestari, namun justru
semakin dijauhi masyarakat.Dengan demikian, tantangan yang dihadapi oleh
kesenian rakyat cukup berat.Karena pada era teknologi dan komunikasi yang
sangat canggih dan modern ini masyarakat dihadapkan kepada banyaknya alternatif
sebagai pilihan, baik dalam menentukan kualitas maupun selera.Hal ini sangat
memungkinkan keberadaan dan eksistensi kesenian rakyat dapat dipandang dengan
sebelah mata oleh masyarakat, jika dibandingkan dengan kesenian modern yang
merupakan imbas dari budaya pop. Untuk menghadapi hal-hal tersebut di atas ada
beberapa alternatif untuk mengatasinya, yaitu meningkatkan Sumber Daya Manusia
(SDM ) bagi para seniman rakyat. Selain itu, mengembalikan peran aparat pemerintah
sebagai pengayom dan pelindung, dan bukan sebaliknya justru menghancurkannya
demi kekuasaan dan pembangunan yang berorientasi pada dana-dana proyek atau
dana-dana untuk pembangunan dalam bidang ekonomi saja
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengaruh
globalisasi disatu sisi ternyata menimbulkan pengaruh yang negatif bagi
kebudayaan bangsa Indonesia .Norma-norma yang terkandung dalam kebudayaan
bangsa Indonesia perlahan-lahan mulai pudar.Gencarnya serbuan teknologi
disertai nilai-nilai interinsik yang diberlakukan di dalamnya, telah
menimbulkan isu mengenai globalisasi dan pada akhirnya menimbulkan nilai baru
tentang kesatuan dunia.
Radhakrishnan
dalam bukunya Eastern Religion and Western Though (1924) menyatakan “untuk
pertama kalinya dalam sejarah umat manusia, kesadaran akan kesatuan dunia telah
menghentakkan kita, entah suka atau tidak, Timur dan Barat telah menyatu dan
tidak pernah lagi terpisah.Artinya adalah bahwa antara barat dan timur tidak
ada lagi perbedaan. Atau dengan kata lain kebudayaan kita dilebur dengan
kebudayaan asing. Apabila timur dan barat bersatu, masihkah ada ciri khas
kebudayaan kita? Ataukah kita larut dalam budaya bangsa lain tanpa meninggalkan
sedikitpun sistem nilai kita? Oleh karena itu perlu dipertahanan aspek sosial
budaya Indonesia sebagai identitas bangsa.Caranya adalah dengan penyaringan
budaya yang masuk ke Indonesia dan pelestarian budaya bangsa.
Bagi
masyarakat yang mencoba mengembangkan seni tradisional menjadi bagian dari kehidupan
modern, tentu akan terus berupaya memodifikasi bentuk-bentuk seni yang masih
berpolakan masa lalu untuk dijadikan komoditi yang dapat dikonsumsi masyarakat
modern. Karena sebenarnya seni itu indah dan mahal.Kesenian adalah kekayaan
bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya dan tidak dimiliki bangsa-bangsa
asing. Oleh sebab itu, sebagai generasi muda, yang merupakan pewaris budaya
bangsa, hendaknya memelihara seni budaya kita demi masa depan anak cucu.
B. SARAN – SARAN
Dari
hasil pembahasan diatas, dapat dilakukan beberapa tindakan untuk mencegah
terjadinya pergeseran kebudayaan yaitu :
1. Pemerintah perlu mengkaji
ulang perturan-peraturan yang dapat menyebabkan pergeseran budaya bangsa.
2. Masyarakat perlu berperan
aktif dalam pelestarian budaya daerah masing-masing khususnya dan budaya bangsa
pada umumnya.
3. Para pelaku usaha media massa
perlu mengadakan seleksi terhadap berbagai berita, hiburan dan informasi yang
diberikan agar tidak menimbulkan pergeseran budaya.
4. Masyarakat perlu menyeleksi
kemunculan globalisasi kebudayaan baru, sehingga budaya yang masuk tidak
merugikan dan berdampak negative.
5. Masyarakat harus berati-hati
dalam meniru atau menerima kebudayaan baru, sehingga pengaruh globalisasi di
negara kita tidak terlalu berpengaruh pada kebudayaan yang merupakan jati diri
bangsa kita.
NGARUH GLOBALISASI TERHADAP EKSISTENSI KEBUDAYAAN DAERAH
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Globalisasi
adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam
masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu.
Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi
proses globalisasi ini.
Globalisasi
menyentuh seluruh aspek penting kehidupan.Globalisasi menciptakan berbagai
tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya
memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Globalisasi sendiri
merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua puluh tahun yang lalu, dan
mulai begitu populer sebagai ideologi baru sekitar lima atau sepuluh tahun terakhir.
Sebagai istilah, globalisasi begitu mudah diterima atau dikenal masyarakat
seluruh dunia. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan
pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah
dunia secara mendasar.
Globalisasi
sering diperbincangkan oleh banyak orang, mulai dari para pakar ekonomi, sampai
penjual iklan. Dalam kata globalisasi tersebut mengandung suatu pengetian akan
hilangnya satu situasi dimana berbagai pergerakan barang dan jasa antar negara
diseluruh dunia dapat bergerak bebas dan terbuka dalam perdagangan. Dan dengan
terbukanya satu negara terhadap negara lain, yang masuk bukan hanya barang dan
jasa, tetapi juga teknologi, pola konsumsi, pendidikan, nilai budaya dan
lain-lain. Konsep akan globalisasi menurut Robertson (1992), mengacu pada
penyempitan dunia secara insentif dan peningkatan kesadaran kita akan dunia,
yaitu semakin meningkatnya koneksi global dan pemahaman kita akan koneksi
tersebut.
Di
sini penyempitan dunia dapat dipahami dalam konteks institusi modernitas dan
intensifikasi kesadaran dunia dapat dipersepsikan refleksif dengan lebih baik
secara budaya.Globalisasi memiliki banyak penafsiran dari berbagai sudut
pandang. Sebagian orang menafsirkan globalisasi sebagai proses pengecilan dunia
atau menjadikan dunia sebagaimana layaknya sebuah perkampungan kecil. Sebagian
lainnya menyebutkan bahwa globalisasi adalah upaya penyatuan masyarakat dunia
dari sisi gaya hidup, orientasi, dan budaya. Pengertian lain dari globalisasi
seperti yang dikatakan oleh Barker (2004) adalah bahwa globalisasi merupakan
koneksi global ekonomi, sosial, budaya dan politik yang semakin mengarah ke
berbagai arah di seluruh penjuru dunia dan merasuk ke dalam kesadaran kita.
Produksi
global atas produk lokal dan lokalisasi produk global Globalisasi adalah proses
dimana berbagai peristiwa, keputusan dan kegiatan di belahan dunia yang satu
dapat membawa konsekuensi penting bagi berbagai individu dan masyarakat di
belahan dunia yang lain.(A.G. Mc.Grew, 1992).
Proses
perkembangan globalisasi pada awalnya ditandai kemajuan bidang teknologi
informasi dan komunikasi. Bidang tersebut merupakan penggerak globalisasi.Dari
kemajuan bidang ini kemudian mempengaruhi sektor-sektor lain dalam kehidupan,
seperti bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Contoh sederhana
dengan teknologi internet, parabola dan TV, orang di belahan bumi manapun akan
dapat mengakses berita dari belahan dunia yang lain secara cepat. Hal ini akan
terjadi interaksi antarmasyarakat dunia secara luas, yang akhirnya akan saling
mempengaruhi satu sama lain, terutama pada kebudayaan daerah,seperti kebudayaan
gotong royong,menjenguk tetangga sakit dan lain-lain. Globalisasi juga
berpengaruh terhadap pemuda dalam kehidupan sehari-hari, seperti budaya
berpakaian, gaya rambut dan sebagainya
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Dalam
perkembangannya globalisasi menimbulkan berbagai masalah dalam bidang kebudayaan,misalnya
:
1. Hilangnya budaya asli suatu daerah,
2. Terjadinya erosi nilai-nilai budaya,
3. Menurunnya rasa nasionalisme dan
patriotism,
4. Hilangnya sifat kekeluargaan dan
gotong royong,
5. Kehilangan kepercayaan diri - gaya
hidup kebarat-baratan
C. RUMUSAN MASALAH
Adanya
globalisasi menimbulkan berbagai masalah terhadap eksistensi kebudayaan daerah,
salah satunya adalah terjadinya penurunan rasa cinta terhadap kebudayaan yang
merupakan jati diri suatu bangsa, erosi nilai-nilai budaya, terjadinya
akulturasi budaya yang selanjutnya berkembang menjadi budaya massa.
BAB III
PEMBAHASAN
A. GLOBALISASI DAN BUDAYA
Gaung
globalisasi, yang sudah mulai terasa sejak akhir abad ke-20, telah membuat
masyarakat dunia, termasuk bangsa Indonesia harus bersiap-siap menerima
kenyataan masuknya pengaruh luar terhadap seluruh aspek kehidupan bangsa.Salah
satu aspek yang terpengaruh adalah kebudayaan.
Terkait
dengan kebudayaan, ke
budayaan
dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat
ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal.
Atau kebudayaan juga dapat didefinisikan sebagai wujudnya, yang mencakup gagasan
atau ide, kelakuan dan hasil kelakuan (Koentjaraningrat), dimana hal-hal
tersebut terwujud dalam kesenian tradisional kita. Oleh karena itu nilai-nilai
maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan atau psikologis, yaitu
apa yang terdapat dalam alam pikiran.
Aspek-aspek
kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku
seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang
bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah
kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan Bagi bangsa Indonesia aspek
kebudayaan merupakan salah satu kekuatan bangsa yang memiliki kekayaan nilai
yang beragam, termasuk keseniannya.Kesenian rakyat, salah satu bagian dari
kebudayaan bangsa Indonesia tidak luput dari pengaruh globalisasi.
Globalisasi
dalam kebudayaan dapat berkembang dengan cepat, hal ini tentunya dipengaruhi
oleh adanya kecepatan dan kemudahan dalam memperoleh akses komunikasi dan
berita namun hal ini justru menjadi bumerang tersendiri dan menjadi suatu
masalah yang paling krusial atau penting dalam globalisasi, yaitu kenyataan
bahwa perkembangan ilmu pengertahuan dikuasai oleh negara-negara maju, bukan
negara-negara berkembang seperti Indonesia. Mereka yang memiliki dan mampu
menggerakkan komunikasi internasional justru negara-negara maju.
Akibatnya,
negara-negara berkembang, seperti Indonesia selalu khawatir akan tertinggal
dalam arus globalisai dalam berbagai bidang seperti politik, ekonomi, sosial,
budaya, termasuk kesenian kita. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses
ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga
ia mampu mengubah dunia secara mendasar.
Komunikasi
dan transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap
bangsa.Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan
menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Simon
Kemoni, sosiolog asal Kenya mengatakan bahwa globalisasi dalam bentuk yang
alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Dalam proses
alami ini, setiap bangsa akan berusaha menyesuaikan budaya mereka dengan
perkembangan baru sehingga mereka dapat melanjutkan kehidupan dan menghindari
kehancuran. Tetapi, menurut Simon Kimoni, dalam proses ini, negara-negara harus
memperkokoh dimensi budaya mereka dan memelihara struktur nilai-nilainya agar
tidak dieliminasi oleh budaya asing.
Dalam
rangka ini, berbagai bangsa haruslah mendapatkan informasi ilmiah yang
bermanfaat dan menambah pengalaman mereka. Terkait dengan seni dan budaya,
Seorang penulis asal Kenya bernama Ngugi Wa Thiong’o menyebutkan bahwa perilaku
dunia Barat, khususnya Amerika seolah-olah sedang melemparkan bom budaya
terhadap rakyat dunia. Mereka berusaha untuk menghancurkan tradisi dan bahasa
pribumi sehingga bangsa-bangsa tersebut kebingungan dalam upaya mencari
indentitas budaya nasionalnya. Penulis Kenya ini meyakini bahwa budaya asing
yang berkuasa di berbagai bangsa, yang dahulu dipaksakan melalui imperialisme,
kini dilakukan dalam bentuk yang lebih luas dengan nama globalisasi.
B. GLOBALISASI DALAM
KEBUDAYAAN TRADISIONAL DI INDONESIA
Proses
saling mempengaruhi adalah gejala yang wajar dalam interaksi antar masyarakat.
Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun
kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum Indonesia
terbentuk) telah mengalami proses dipengaruhi dan mempengaruhi. Kemampuan berubah
merupakan sifat yang penting dalam kebudayaan manusia.Tanpa itu kebudayaan
tidak mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang senantiasa berubah.
Perubahan
yang terjadi saat ini berlangsung begitu cepat.Hanya dalam jangka waktu satu
generasi banyak negara-negara berkembang telah berusaha melaksanakan perubahan
kebudayaan, padahal di negara-negara maju perubahan demikian berlangsung selama
beberapa generasi.
Pada
hakekatnya bangsa Indonesia, juga bangsa-bangsa lain, berkembang karena adanya
pengaruh-pengaruh luar. Kemajuan bisa dihasilkan oleh interaksi dengan pihak
luar, hal inilah yang terjadi dalam proses globalisasi. Oleh karena itu,
globalisasi bukan hanya soal ekonomi namun juga terkait dengan masalah atau isu
makna budaya dimana nilai dan makna yang terlekat di dalamnya masih tetap
berarti..Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dalam berbagai
hal, seperti anekaragaman budaya, lingkungan alam, dan wilayah
geografisnya.Keanekaragaman masyarakat Indonesia ini dapat dicerminkan pula
dalam berbagai ekspresi keseniannya.
Dengan
perkataan lain, dapat dikatakan pula bahwa berbagai kelompok masyarakat di
Indonesia dapat mengembangkan keseniannya yang sangat khas. Kesenian yang
dikembangkannya itu menjadi model-model pengetahuan dalam masyarakat.
C. PERUBAHAN BUDAYA DALAM
GLOBALISASI : KESENIAN
YANG BERTAHAN DAN YANG TERSISIHKAN
Perubahan
budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan dari
masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai
yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma social merupakan salh
satu dampak dari adanya globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah
mengubah dunia secara mendasar.Komunikasi dan sarana transportasi internasional
telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa.Kebudayaan setiap bangsa
cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga
melibatkan manusia secara menyeluruh. Misalnya saja khusus dalam bidang hiburan
massa atau hiburan yang bersifat masal, makna globalisasi itu sudah sedemikian
terasa. Sekarang ini setiap hari kita bisa menyimak tayangan film di tv yang
bermuara dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea, dll
melalui stasiun televisi di tanah air. Belum lagi siaran tv internasional yang
bisa ditangkap melalui parabola yang kini makin banyak dimiliki masyarakat
Indonesia. Sementara itu, kesenian-kesenian populer lain yang tersaji melalui
kaset, vcd, dan dvd yang berasal dari manca negara pun makin marak kehadirannya
di tengah-tengah kita. Fakta yang demikian memberikan bukti tentang betapa
negara-negara penguasa teknologi mutakhir telah berhasil memegang kendali dalam
globalisasi budaya khususnya di negara ke tiga. Peristiwa transkultural seperti
itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap keberadaan kesenian kita. Padahal
kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional
yang perlu dijaga kelestariannya. Di saat yang lain dengan teknologi informasi
yang semakin canggih seperti saat ini, kita disuguhi oleh banyak alternatif
tawaran hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang mungkin lebih menarik
jika dibandingkan dengan kesenian tradisional kita. Dengan parabola masyarakat bisa
menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang bersifat mendunia yang berasal dari
berbagai belahan bumi.
Kondisi
yang demikian mau tidak mau membuat semakin tersisihnya kesenian tradisional
Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat akan pemaknaan dalam
masyarakat Indonesia. Misalnya saja bentuk-bentuk ekspresi kesenian etnis
Indonesia, baik yang rakyat maupun istana, selalu berkaitan erat dengan
perilaku ritual masyarakat pertanian. Dengan datangnya perubahan sosial yang
hadir sebagai akibat proses industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan
globalisasi informasi, maka kesenian kita pun mulai bergeser ke arah kesenian
yang berdimensi komersial. Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai
tersingkir dan kehilangan fungsinya.Sekalipun demikian, bukan berarti semua
kesenian tradisional kita lenyap begitu saja. Ada berbagai kesenian yang masih
menunjukkan eksistensinya, bahkan secara kreatif terus berkembang tanpa harus
tertindas proses modernisasi. Pesatnya laju teknologi informasi atau teknologi
komunikasi telah menjadi sarana difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga
alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam bagi masyarakat luas.Akibatnya
masyarakat tidak tertarik lagi menikmati berbagai seni pertunjukan tradisional
yang sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka.Misalnya saja kesenian
tradisional wayang orang Bharata, yang terdapat di Gedung Wayang Orang Bharata
Jakarta
kini tampak sepi seolah-olah tak ada pengunjungnya. Hal ini sangat disayangkan
mengingat wayang merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional Indonesia
yang sarat dan kaya akan pesan-pesan moral, dan merupakan salah satu agen
penanaman nilai-nilai moral yang baik, menurut saya. Contoh lainnya adalah
kesenian Ludruk yang sampai pada tahun 1980-an masih berjaya di Jawa Timur
sekarang ini tengah mengalami “mati suri”. Wayang orang dan ludruk merupakan
contoh kecil dari mulai terdepaknya kesenian tradisional akibat
globalisasi.Bisa jadi fenomena demikian tidak hanya dialami oleh kesenian Jawa
tradisional, melainkan juga dalam berbagai ekspresi kesenian tradisional di
berbagai tempat di Indonesia.Sekalipun demikian bukan berarti semua kesenian
tradisional mati begitu saja dengan merebaknya globalisasi. Di sisi lain, ada
beberapa seni pertunjukan yang tetap eksis tetapi telah mengalami perubahan
fungsi.
Ada
pula kesenian yang mampu beradaptasi dan mentransformasikan diri dengan
teknologi komunikasi yang telah menyatu dengan kehidupan masyarakat, misalnya
saja kesenian tradisional “Ketoprak” yang dipopulerkan ke layar kaca oleh
kelompok Srimulat.
Kenyataan
di atas menunjukkan kesenian ketoprak sesungguhnya memiliki penggemar
tersendiri, terutama ketoprak yang disajikan dalam bentuk siaran televisi,
bukan ketoprak panggung.Dari segi bentuk pementasan atau penyajian, ketoprak
termasuk kesenian tradisional yang telah terbukti mampu beradaptasi dengan
perubahan zaman. Selain ketoprak masih ada kesenian lain yang tetap bertahan
dan mampu beradaptasi dengan teknologi mutakhir yaitu wayang kulit. Beberapa
dalang wayang kulit terkenal seperti Ki Manteb Sudarsono dan Ki Anom Suroto
tetap diminati masyarakat, baik itu kaset rekaman pementasannya, maupun
pertunjukan secara langsung. Keberanian stasiun televisi Indosiar yang sejak
beberapa tahun lalu menayangkan wayang kulit setiap malam minggu cukup sebagai
bukti akan besarnya minat masyarakat terhadap salah satu khasanah kebudayaan
nasional kita. Bahkan Museum Nasional pun tetap mempertahankan eksistensi dari
kesenian tradisonal seperti wayang kulit dengan mengadakan pagelaran wayang
kulit tiap beberapa bulan sekali dan pagelaran musik gamelan tiap satu minggu
atau satu bulan sekali yang diadakan di aula Kertarajasa, Museum Nasional.
D. PENGARUH GLOBALISASI
TERHADAP BUDAYA BANGSA
Arus
globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan budaya
bangsa Indonesia .Derasnya arus informasi dan telekomunikasi ternyata
menimbulkan sebuah kecenderungan yang mengarah terhadap memudarnya nilai-nilai
pelestarian budaya.
Perkembangan
3T (Transportasi, Telekomunikasi, dan Teknologi) mengkibatkan berkurangnya
keinginan untuk melestarikan budaya negeri sendiri .Budaya Indonesia yang
dulunya ramah-tamah, gotong royong dan sopan berganti dengan budaya barat, misalnya
pergaulan bebas.
Di
Tapanuli (Sumatera Utara) misalnya, duapuluh tahun yang lalu, anak-anak
remajanya masih banyak yang berminat untuk belajar tari tor-tor dan tagading
(alat musik batak). Hampir setiap minggu dan dalam acara ritual kehidupan,
remaja di sana selalu diundang pentas sebagai hiburan budaya yang meriah. Saat
ini, ketika teknologi semakin maju, ironisnya kebudayaan-kebudayaan daerah
tersebut semakin lenyap di masyarakat, bahkan hanya dapat disaksikan di
televisi dan Taman Mini Indonesi Indah (TMII).
Padahal
kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut, bila dikelola dengan baik selain dapat
menjadi pariwisata budaya yang menghasilkan pendapatan untuk pemerintah baik
pusat maupun daerah, juga dapat menjadi lahan pekerjaan yang menjanjikan bagi
masyarakat sekitarnya. Hal lain yang merupakan pengaruh globalisasi adalah
dalam pemakaian bahasa indonesia yang baik dan benar (bahasa juga salah satu
budaya bangsa).
Sudah
lazim di Indonesia untuk menyebut orang kedua tunggal dengan Bapak, Ibu, Pak,
Bu, Saudara, Anda dibandingkan dengan kau atau kamu sebagai pertimbangan nilai
rasa. Sekarang ada kecenderungan di kalangan anak muda yang lebih suka
menggunakan bahasa Indonesia dialek Jakarta seperti penyebutan kata gue (saya)
dan lu (kamu). Selain itu kita sering dengar anak muda mengunakan bahasa
Indonesia dengan dicampur-campur bahasa inggris seperti OK, No problem dan
Yes’, bahkan kata-kata makian (umpatan) sekalipun yang sering kita dengar di
film-film barat, sering diucapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata ini
disebarkan melalui media TV dalam film-film, iklan dan sinetron bersamaan
dengan disebarkannya gaya hidup dan fashion . Gaya berpakaian remaja Indonesia
yang dulunya menjunjung tinggi norma kesopanan telah berubah mengikuti
perkembangan jaman. Ada kecenderungan bagi remaja putri di kota-kota besar
memakai pakaian minim dan ketat yang memamerkan bagian tubuh tertentu. Budaya
perpakaian minim ini dianut dari film-film dan majalah-majalah luar negeri yang
ditransformasikan kedalam sinetron-sinetron Indonesia . Derasnya arus
informasi, yang juga ditandai dengan hadirnya internet, turut serta
`menyumbang` bagi perubahan cara berpakaian. Pakaian mini dan ketat telah
menjadi trend dilingkungan anak muda.Salah satu keberhasilan penyebaran
kebudayaan Barat ialah meluasnya anggapan bahwa ilmu dan teknologi yang
berkembang di Barat merupakan suatu yang universal.Masuknya budaya barat (dalam
kemasan ilmu dan teknologi) diterima dengan `baik`. Pada sisi inilah globalisasi
telah merasuki berbagai sistem nilai sosial dan budaya Timur (termasuk
Indonesia ) sehingga terbuka pula konflik nilai antara teknologi dan
nilai-nilai ketimuran.
E.
PENGARUH DAN DAMPAK YANG DITIMBULKAN GLOBALISASI TERHADAP MASYARAKAT MAJENE
a.
Pengaruh
Globalisasi Terhadap jati diri di Kalangan Generasi Muda
Majene.
Arus
globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan
muda.Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kita
kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia.Hal ini ditunjukkan dengan
gejala-gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari anak muda sekarang. Dari
cara berpakaian banyak remaja-remaja kita yang berdandan seperti selebritis
yang cenderung ke budaya Barat. Padahal cara berpakaian tersebut jelas- jelas
tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat
beraneka warna. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan
mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.
Teknologi
internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat
diakses oleh siapa saja.Apa lagi bagi anak muda, internet sudah menjadi
santapan mereka sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya tentu akan
memperoleh manfaat yang berguna. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa
yang menggunakan tidak semestinya.Misal untuk membuka situs-situs porno, bahkan
sampai terkena penipuan.Bukan hanya internet saja, ada lagi pegangan wajib
mereka yaitu hand phone, apalagi sekarang ini mulai muncul hand phone yang
berteknologi tinggi.Mereka justru berlomba-lomba untuk memilikinya, tapi kita
lihat alat musik kebudayaan kita belum tentu mereka mengetahuinya.Hal ini jika
kita lihat dari segi sosial, maka kepedulian terhadap masyarakat menjadi tidak
ada karena mereka lebih memilih kesibukan dengan menggunakan handphone
tersebut.
Dilihat
dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak tahu sopan santun dan
cenderung tidak peduli terhadap lingkungan.Karena globalisasi menganut
kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Jika
pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau apa jadinya generasi muda bangsa?
Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkhis antara golongan
muda. Hubungannya dengan nilai jati diri akan berkurang karena tidak ada rasa
cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat.
Padahal generasi muda adalah penerus masa depan bangsa. Apa akibatnya jika
penerus bangsa tidak memiliki jati diri?
Marilah
kita Mengembalikan Jati Diri Bangsa Indonesia, terima globalisasi dengan rasa
kritis dan banyak melakukan hal positif dalam menggunakan globalisasi yang ada
sekarang ini.Sebagai masyarakat Indonesia mulai dari sekarang kita utamakan
produk dalam negeri dan kenali kebudayaan kita.
b.
Dampak Positif Globalisasi Terhadap Masyarakat Majene.
1. Dilihat dari aspek globalisasi
politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis, karena
pemerintahan adalah bagian dari suatu negara. Jika pemerintahan dijalankan
secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari
rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa jati diri terhadap negara menjadi
meningkat dan kepercayaan masyarakat akan mendukung yang dilakukan oleh
pemerintahan.
2. Dari aspek globalisasi
ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja yang
banyak dan meningkatkan devisa suatu negara. Dengan adanya hal tersebut akan
meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang dapat menunjang kehidupan nasional
dan akan mengurangi kehidupan miskin.
3. Dari aspek globalisasi sosial
budaya, kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang
tinggi dan disiplin serta Iptek dari negara lain yang sudah maju untuk
meningkatkan kedisplinan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa serta akan
mempertebal jati diri kita terhadap bangsa. Serta kita juga dapat bertukar ilmu
pengetahuan tentang budaya suatu bangsa.
c.
Dampak Negatif Globalisasi Terhadap Masyarakat Majene.
1. Aspek politik, Globalisasi
mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan
dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi
Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya jati diri
bangsa akan luntur dan tidak mungkin lagi bangsa kita akan terpecah belah.
2. Aspek Globalisasi ekonomi,
hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar
negeri (mainan, minuman, makanan, pakaian, dll) membanjiri Indonesia. Dengan
hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala
berkurangnya jati diri bangsa kita. Maka hal ini akan menghilangkan beberapa
perusahaan kecil yang memang khusus memproduksi produk dalam negeri.
3. Masyarakat kita khususnya anak
muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia dimana
dilihat dari sopan santun mereka yang mulai berani kepada orang tua, hidup
metal, hidup bebas, dll. Justru anak muda sekarang sangat mengagungkan gaya
barat yang sudah masuk ke bangsa kita dan semakin banyak yang cenderung meniru
budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.
4. Mengakibatkan adanya
kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya
persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan
pertentangan yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa. Serta menambah
angka pengangguran dan tingkat kemiskinan suatu bangsa.
5. Munculnya sikap individualisme
yang menimbulkan ketidakpedulian sesama warga. Dengan adanya individualisme
maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa. Padahal jati diri bangsa
kita dahulu mengutamakan Gotong Royong, tapi kita sering lihat sekarang
contohnya saja di perumahan / komplek elit, mereka belum tentu mengenal
sesamanya. Dari hal tersebut saja sudah tercermin tidak adanya kepedulian,
karena jika tidak kenal maka tidak sayang.
Dampak
di atas akan perlahan-lahan mempengaruhi kehidupan bangsa Indonesia, Akan
tetapi secara keseluruhan aspek dapat menimbulkan rasa nasionalisme terhadap
bangsa menjadi berkurang atau luntur.
Sebab
globalisasi mampu membuka cakrawala masyarakat Indonesia secara global.Apa yang
ada di luar negeri dianggap baik memberi aspirasi kepada masyarakat kita untuk
diterapkan di negara kita.
Bila
dilaksanakan belum tentu sesuai di Indonesia. Bila tidak dilaksanakan akan
dianggap tidak aspiratif dan dapat bertindak anarkis sehingga mengganggu
stabilitas nasional, ketahanan nasional bahkan persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia.
F. TINDAKAN YANG MENDORONG
TIMBULNYA GLOBALISASI KEBUDAYAAN DAN CARA MENGANTISIPASI ADANYA GLOBALISASI
KEBUDAYAAN
Peran
kebijaksanaan pemerintah yang lebih mengarah kepada pertimbangan-pertimbangan
ekonomi daripada cultural atau budaya dapat dikatakan merugikan suatu
perkembangan kebudayaan. Jennifer Lindsay (1995) dalam bukunya yang berjudul
‘Cultural Policy And The Performing Arts In South-East Asia’, mengungkapkan
kebijakan kultural di Asia Tenggara saat ini secara efektif mengubah dan
merusak seni-seni pertunjukan tradisional, baik melalui campur tangan,
penanganan yang berlebihan, kebijakan-kebijakan tanpa arah, dan tidak ada
perhatian yang diberikan pemerintah kepada kebijakan kultural atau konteks kultural.
Dalam
pengamatan yang lebih sempit dapat kita melihat tingkah laku aparat pemerintah
dalam menangani perkembangan kesenian rakyat, di mana banyaknya campur tangan
dalam menentukan objek dan berusaha merubah agar sesuai dengan tuntutan
pembangunan.Dalam kondisi seperti ini arti dari kesenian rakyat itu sendiri
menjadi hambar dan tidak ada rasa seninya lagi.Melihat kecenderungan tersebut,
aparat pemerintah telah menjadikan para seniman dipandang sebagai objek
pembangunan dan diminta untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan simbol-simbol
pembangunan.
Hal
ini tentu saja mengabaikan masalah pemeliharaan dan pengembangan kesenian
secara murni, dalam arti benar-benar didukung oleh nilai seni yang mendalam dan
bukan sekedar hanya dijadikan model saja dalam pembangunan.
Dengan
demikian, kesenian rakyat semakin lama tidak dapat mempunyai ruang yang cukup
memadai untuk perkembangan secara alami atau natural, karena itu, secara tidak
langsung kesenian rakyat akhirnya menjadi sangat tergantung oleh model-model
pembangunan yang cenderung lebih modern dan rasional. Sebagai contoh dari
permasalahan ini dapat kita lihat, misalnya kesenian asli daerah Betawi yaitu,
tari cokek, tari lenong, dan sebagainya sudah diatur dan disesuaikan oleh
aparat pemerintah untuk memenuhi tuntutan dan tujuan kebijakan-kebijakan
politik pemerintah.
Aparat
pemerintah di sini turut mengatur secara normatif, sehingga kesenian Betawi
tersebut tidak lagi terlihat keasliannya dan cenderung dapat membosankan. Untuk
mengantisipasi hal-hal yang tidak dikehendaki terhadap keaslian dan
perkembangan yang murni bagi kesenian rakyat tersebut, maka pemerintah perlu
mengembalikan fungsi pemerintah sebagai pelindung dan pengayom
kesenian-kesenian tradisional tanpa harus turut campur dalam proses
estetikanya. Memang diakui bahwa kesenian rakyat saat ini membutuhkan dana dan
bantuan pemerintah sehingga sulit untuk menghindari keterlibatan pemerintah dan
bagi para seniman rakyat ini merupakan sesuatu yang sulit pula membuat
keputusan sendiri untuk sesuai dengan keaslian (oroginalitas) yang diinginkan
para seniman rakyat tersebut.
Oleh
karena itu pemerintah harus ‘melakoni’ dengan benar-benar peranannya sebagai
pengayom yang melindungi keaslian dan perkembangan secara estetis kesenian
rakyat tersebut tanpa harus merubah dan menyesuaikan dengan kebijakan-kebijakan
politik.
Globalisasi
informasi dan budaya yang terjadi menjelang millenium baru seperti saat ini
adalah sesuatu yang tak dapat dielakkan.Kita harus beradaptasi dengannya karena
banyak manfaat yang bisa diperoleh. Harus diakui bahwa teknologi komunikasi
sebagai salah produk dari modernisasi bermanfaat besar bagi terciptanya dialog
dan demokratisasi budaya secara masal dan merata.
Globalisasi
mempunyai dampak yang besar terhadap budaya. Kontak budaya melalui media massa
menyadarkan dan memberikan informasi tentang keberadaan nilai-nilai budaya lain
yang berbeda dari yang dimiliki dan dikenal selama ini. Kontak budaya ini
memberikan masukan yang penting bagi perubahan-perubahan dan
pengembangan-pengembangan nilai-nilai dan persepsi dikalangan masyarakat yang
terlibat dalam proses ini. Kesenian bangsa Indonesia yang memiliki kekuatan
etnis dari berbagai macam daerah juga tidak dapat lepas dari pengaruh kontak
budaya ini.Sehingga untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap
perubahan-perubahan diperlukan pengembangan-pengembangan yang bersifat global namun
tetap bercirikan kekuatan lokal atau etnis.
Globalisasi
budaya yang begitu pesat harus diantisipasi dengan memperkuat identitas
kebudayaan nasional.Berbagai kesenian tradisional yang sesungguhnya menjadi
aset kekayaan kebudayaan nasional jangan sampai hanya menjadi alat atau slogan
para pemegang kebijaksanaan, khususnya pemerintah, dalam rangka keperluan
turisme, politik dsb.Selama ini pembinaan dan pengembangan kesenian tradisional
yang dilakukan lembaga pemerintah masih sebatas pada unsur formalitas belaka,
tanpa menyentuh esensi kehidupan kesenian yang bersangkutan.
Akibatnya,
kesenian tradisional tersebut bukannya berkembang dan lestari, namun justru
semakin dijauhi masyarakat.Dengan demikian, tantangan yang dihadapi oleh
kesenian rakyat cukup berat.Karena pada era teknologi dan komunikasi yang
sangat canggih dan modern ini masyarakat dihadapkan kepada banyaknya alternatif
sebagai pilihan, baik dalam menentukan kualitas maupun selera.Hal ini sangat
memungkinkan keberadaan dan eksistensi kesenian rakyat dapat dipandang dengan
sebelah mata oleh masyarakat, jika dibandingkan dengan kesenian modern yang
merupakan imbas dari budaya pop. Untuk menghadapi hal-hal tersebut di atas ada
beberapa alternatif untuk mengatasinya, yaitu meningkatkan Sumber Daya Manusia
(SDM ) bagi para seniman rakyat. Selain itu, mengembalikan peran aparat
pemerintah sebagai pengayom dan pelindung, dan bukan sebaliknya justru
menghancurkannya demi kekuasaan dan pembangunan yang berorientasi pada
dana-dana proyek atau dana-dana untuk pembangunan dalam bidang ekonomi saja
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengaruh
globalisasi disatu sisi ternyata menimbulkan pengaruh yang negatif bagi
kebudayaan bangsa Indonesia .Norma-norma yang terkandung dalam kebudayaan
bangsa Indonesia perlahan-lahan mulai pudar.Gencarnya serbuan teknologi
disertai nilai-nilai interinsik yang diberlakukan di dalamnya, telah
menimbulkan isu mengenai globalisasi dan pada akhirnya menimbulkan nilai baru
tentang kesatuan dunia.
Radhakrishnan
dalam bukunya Eastern Religion and Western Though (1924) menyatakan “untuk
pertama kalinya dalam sejarah umat manusia, kesadaran akan kesatuan dunia telah
menghentakkan kita, entah suka atau tidak, Timur dan Barat telah menyatu dan
tidak pernah lagi terpisah.Artinya adalah bahwa antara barat dan timur tidak
ada lagi perbedaan. Atau dengan kata lain kebudayaan kita dilebur dengan
kebudayaan asing. Apabila timur dan barat bersatu, masihkah ada ciri khas
kebudayaan kita? Ataukah kita larut dalam budaya bangsa lain tanpa meninggalkan
sedikitpun sistem nilai kita? Oleh karena itu perlu dipertahanan aspek sosial
budaya Indonesia sebagai identitas bangsa.Caranya adalah dengan penyaringan
budaya yang masuk ke Indonesia dan pelestarian budaya bangsa.
Bagi
masyarakat yang mencoba mengembangkan seni tradisional menjadi bagian dari
kehidupan modern, tentu akan terus berupaya memodifikasi bentuk-bentuk seni
yang masih berpolakan masa lalu untuk dijadikan komoditi yang dapat dikonsumsi
masyarakat modern. Karena sebenarnya seni itu indah dan mahal.Kesenian adalah
kekayaan bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya dan tidak dimiliki
bangsa-bangsa asing. Oleh sebab itu, sebagai generasi muda, yang merupakan
pewaris budaya bangsa, hendaknya memelihara seni budaya kita demi masa depan
anak cucu.
B. SARAN – SARAN
Dari
hasil pembahasan diatas, dapat dilakukan beberapa tindakan untuk mencegah
terjadinya pergeseran kebudayaan yaitu :
1. Pemerintah perlu mengkaji
ulang perturan-peraturan yang dapat menyebabkan pergeseran budaya bangsa.
2. Masyarakat perlu berperan
aktif dalam pelestarian budaya daerah masing-masing khususnya dan budaya bangsa
pada umumnya.
3. Para pelaku usaha media massa
perlu mengadakan seleksi terhadap berbagai berita, hiburan dan informasi yang
diberikan agar tidak menimbulkan pergeseran budaya.
4. Masyarakat perlu menyeleksi
kemunculan globalisasi kebudayaan baru, sehingga budaya yang masuk tidak merugikan
dan berdampak negative.
5. Masyarakat harus berati-hati
dalam meniru atau menerima kebudayaan baru, sehingga pengaruh globalisasi di
negara kita tidak terlalu berpengaruh pada kebudayaan yang merupakan jati diri
bangsa kita.
PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP EKSISTENSI KEBUDAYAAN
DAERAH
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Globalisasi
adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam
masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu.
Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi
proses globalisasi ini.
Globalisasi
menyentuh seluruh aspek penting kehidupan.Globalisasi menciptakan berbagai
tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya
memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Globalisasi sendiri
merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua puluh tahun yang lalu, dan mulai
begitu populer sebagai ideologi baru sekitar lima atau sepuluh tahun terakhir.
Sebagai istilah, globalisasi begitu mudah diterima atau dikenal masyarakat
seluruh dunia. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan
pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah
dunia secara mendasar.
Globalisasi
sering diperbincangkan oleh banyak orang, mulai dari para pakar ekonomi, sampai
penjual iklan. Dalam kata globalisasi tersebut mengandung suatu pengetian akan
hilangnya satu situasi dimana berbagai pergerakan barang dan jasa antar negara
diseluruh dunia dapat bergerak bebas dan terbuka dalam perdagangan. Dan dengan
terbukanya satu negara terhadap negara lain, yang masuk bukan hanya barang dan
jasa, tetapi juga teknologi, pola konsumsi, pendidikan, nilai budaya dan
lain-lain. Konsep akan globalisasi menurut Robertson (1992), mengacu pada
penyempitan dunia secara insentif dan peningkatan kesadaran kita akan dunia,
yaitu semakin meningkatnya koneksi global dan pemahaman kita akan koneksi
tersebut.
Di
sini penyempitan dunia dapat dipahami dalam konteks institusi modernitas dan
intensifikasi kesadaran dunia dapat dipersepsikan refleksif dengan lebih baik
secara budaya.Globalisasi memiliki banyak penafsiran dari berbagai sudut
pandang. Sebagian orang menafsirkan globalisasi sebagai proses pengecilan dunia
atau menjadikan dunia sebagaimana layaknya sebuah perkampungan kecil. Sebagian
lainnya menyebutkan bahwa globalisasi adalah upaya penyatuan masyarakat dunia
dari sisi gaya hidup, orientasi, dan budaya. Pengertian lain dari globalisasi
seperti yang dikatakan oleh Barker (2004) adalah bahwa globalisasi merupakan
koneksi global ekonomi, sosial, budaya dan politik yang semakin mengarah ke
berbagai arah di seluruh penjuru dunia dan merasuk ke dalam kesadaran kita.
Produksi
global atas produk lokal dan lokalisasi produk global Globalisasi adalah proses
dimana berbagai peristiwa, keputusan dan kegiatan di belahan dunia yang satu
dapat membawa konsekuensi penting bagi berbagai individu dan masyarakat di
belahan dunia yang lain.(A.G. Mc.Grew, 1992).
Proses
perkembangan globalisasi pada awalnya ditandai kemajuan bidang teknologi
informasi dan komunikasi. Bidang tersebut merupakan penggerak globalisasi.Dari
kemajuan bidang ini kemudian mempengaruhi sektor-sektor lain dalam kehidupan,
seperti bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Contoh sederhana
dengan teknologi internet, parabola dan TV, orang di belahan bumi manapun akan
dapat mengakses berita dari belahan dunia yang lain secara cepat. Hal ini akan
terjadi interaksi antarmasyarakat dunia secara luas, yang akhirnya akan saling
mempengaruhi satu sama lain, terutama pada kebudayaan daerah,seperti kebudayaan
gotong royong,menjenguk tetangga sakit dan lain-lain. Globalisasi juga
berpengaruh terhadap pemuda dalam kehidupan sehari-hari, seperti budaya
berpakaian, gaya rambut dan sebagainya
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Dalam
perkembangannya globalisasi menimbulkan berbagai masalah dalam bidang
kebudayaan,misalnya :
1. Hilangnya budaya asli suatu daerah,
2. Terjadinya erosi nilai-nilai budaya,
3. Menurunnya rasa nasionalisme dan
patriotism,
4. Hilangnya sifat kekeluargaan dan
gotong royong,
5. Kehilangan kepercayaan diri - gaya
hidup kebarat-baratan
C. RUMUSAN MASALAH
Adanya
globalisasi menimbulkan berbagai masalah terhadap eksistensi kebudayaan daerah,
salah satunya adalah terjadinya penurunan rasa cinta terhadap kebudayaan yang
merupakan jati diri suatu bangsa, erosi nilai-nilai budaya, terjadinya
akulturasi budaya yang selanjutnya berkembang menjadi budaya massa.
BAB III
PEMBAHASAN
A. GLOBALISASI DAN BUDAYA
Gaung
globalisasi, yang sudah mulai terasa sejak akhir abad ke-20, telah membuat
masyarakat dunia, termasuk bangsa Indonesia harus bersiap-siap menerima
kenyataan masuknya pengaruh luar terhadap seluruh aspek kehidupan bangsa.Salah
satu aspek yang terpengaruh adalah kebudayaan.
Terkait
dengan kebudayaan, ke
budayaan
dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat
ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal.
Atau kebudayaan juga dapat didefinisikan sebagai wujudnya, yang mencakup
gagasan atau ide, kelakuan dan hasil kelakuan (Koentjaraningrat), dimana
hal-hal tersebut terwujud dalam kesenian tradisional kita. Oleh karena itu
nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan atau
psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran.
Aspek-aspek
kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku
seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang
bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah
kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan Bagi bangsa Indonesia aspek
kebudayaan merupakan salah satu kekuatan bangsa yang memiliki kekayaan nilai
yang beragam, termasuk keseniannya.Kesenian rakyat, salah satu bagian dari
kebudayaan bangsa Indonesia tidak luput dari pengaruh globalisasi.
Globalisasi
dalam kebudayaan dapat berkembang dengan cepat, hal ini tentunya dipengaruhi
oleh adanya kecepatan dan kemudahan dalam memperoleh akses komunikasi dan
berita namun hal ini justru menjadi bumerang tersendiri dan menjadi suatu
masalah yang paling krusial atau penting dalam globalisasi, yaitu kenyataan
bahwa perkembangan ilmu pengertahuan dikuasai oleh negara-negara maju, bukan
negara-negara berkembang seperti Indonesia. Mereka yang memiliki dan mampu
menggerakkan komunikasi internasional justru negara-negara maju.
Akibatnya,
negara-negara berkembang, seperti Indonesia selalu khawatir akan tertinggal
dalam arus globalisai dalam berbagai bidang seperti politik, ekonomi, sosial,
budaya, termasuk kesenian kita. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses
ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga
ia mampu mengubah dunia secara mendasar.
Komunikasi
dan transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap
bangsa.Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan
menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Simon
Kemoni, sosiolog asal Kenya mengatakan bahwa globalisasi dalam bentuk yang
alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Dalam proses
alami ini, setiap bangsa akan berusaha menyesuaikan budaya mereka dengan
perkembangan baru sehingga mereka dapat melanjutkan kehidupan dan menghindari
kehancuran. Tetapi, menurut Simon Kimoni, dalam proses ini, negara-negara harus
memperkokoh dimensi budaya mereka dan memelihara struktur nilai-nilainya agar
tidak dieliminasi oleh budaya asing.
Dalam
rangka ini, berbagai bangsa haruslah mendapatkan informasi ilmiah yang
bermanfaat dan menambah pengalaman mereka. Terkait dengan seni dan budaya,
Seorang penulis asal Kenya bernama Ngugi Wa Thiong’o menyebutkan bahwa perilaku
dunia Barat, khususnya Amerika seolah-olah sedang melemparkan bom budaya
terhadap rakyat dunia. Mereka berusaha untuk menghancurkan tradisi dan bahasa
pribumi sehingga bangsa-bangsa tersebut kebingungan dalam upaya mencari
indentitas budaya nasionalnya. Penulis Kenya ini meyakini bahwa budaya asing
yang berkuasa di berbagai bangsa, yang dahulu dipaksakan melalui imperialisme,
kini dilakukan dalam bentuk yang lebih luas dengan nama globalisasi.
B. GLOBALISASI DALAM
KEBUDAYAAN TRADISIONAL DI INDONESIA
Proses
saling mempengaruhi adalah gejala yang wajar dalam interaksi antar masyarakat.
Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun
kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum Indonesia
terbentuk) telah mengalami proses dipengaruhi dan mempengaruhi. Kemampuan
berubah merupakan sifat yang penting dalam kebudayaan manusia.Tanpa itu
kebudayaan tidak mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang senantiasa
berubah.
Perubahan
yang terjadi saat ini berlangsung begitu cepat.Hanya dalam jangka waktu satu
generasi banyak negara-negara berkembang telah berusaha melaksanakan perubahan
kebudayaan, padahal di negara-negara maju perubahan demikian berlangsung selama
beberapa generasi.
Pada
hakekatnya bangsa Indonesia, juga bangsa-bangsa lain, berkembang karena adanya
pengaruh-pengaruh luar. Kemajuan bisa dihasilkan oleh interaksi dengan pihak
luar, hal inilah yang terjadi dalam proses globalisasi. Oleh karena itu,
globalisasi bukan hanya soal ekonomi namun juga terkait dengan masalah atau isu
makna budaya dimana nilai dan makna yang terlekat di dalamnya masih tetap
berarti..Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dalam berbagai
hal, seperti anekaragaman budaya, lingkungan alam, dan wilayah geografisnya.Keanekaragaman
masyarakat Indonesia ini dapat dicerminkan pula dalam berbagai ekspresi
keseniannya.
Dengan
perkataan lain, dapat dikatakan pula bahwa berbagai kelompok masyarakat di
Indonesia dapat mengembangkan keseniannya yang sangat khas. Kesenian yang
dikembangkannya itu menjadi model-model pengetahuan dalam masyarakat.
C. PERUBAHAN BUDAYA DALAM
GLOBALISASI : KESENIAN
YANG BERTAHAN DAN YANG TERSISIHKAN
Perubahan
budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan dari
masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai
yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma social merupakan salh
satu dampak dari adanya globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah
mengubah dunia secara mendasar.Komunikasi dan sarana transportasi internasional
telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa.Kebudayaan setiap bangsa
cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga
melibatkan manusia secara menyeluruh. Misalnya saja khusus dalam bidang hiburan
massa atau hiburan yang bersifat masal, makna globalisasi itu sudah sedemikian
terasa. Sekarang ini setiap hari kita bisa menyimak tayangan film di tv yang
bermuara dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea, dll
melalui stasiun televisi di tanah air. Belum lagi siaran tv internasional yang
bisa ditangkap melalui parabola yang kini makin banyak dimiliki masyarakat
Indonesia. Sementara itu, kesenian-kesenian populer lain yang tersaji melalui
kaset, vcd, dan dvd yang berasal dari manca negara pun makin marak kehadirannya
di tengah-tengah kita. Fakta yang demikian memberikan bukti tentang betapa
negara-negara penguasa teknologi mutakhir telah berhasil memegang kendali dalam
globalisasi budaya khususnya di negara ke tiga. Peristiwa transkultural seperti
itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap keberadaan kesenian kita. Padahal
kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang
perlu dijaga kelestariannya. Di saat yang lain dengan teknologi informasi yang
semakin canggih seperti saat ini, kita disuguhi oleh banyak alternatif tawaran
hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang mungkin lebih menarik jika
dibandingkan dengan kesenian tradisional kita. Dengan parabola masyarakat bisa
menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang bersifat mendunia yang berasal dari
berbagai belahan bumi.
Kondisi
yang demikian mau tidak mau membuat semakin tersisihnya kesenian tradisional
Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat akan pemaknaan dalam
masyarakat Indonesia. Misalnya saja bentuk-bentuk ekspresi kesenian etnis
Indonesia, baik yang rakyat maupun istana, selalu berkaitan erat dengan
perilaku ritual masyarakat pertanian. Dengan datangnya perubahan sosial yang
hadir sebagai akibat proses industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan
globalisasi informasi, maka kesenian kita pun mulai bergeser ke arah kesenian
yang berdimensi komersial. Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai
tersingkir dan kehilangan fungsinya.Sekalipun demikian, bukan berarti semua
kesenian tradisional kita lenyap begitu saja. Ada berbagai kesenian yang masih
menunjukkan eksistensinya, bahkan secara kreatif terus berkembang tanpa harus
tertindas proses modernisasi. Pesatnya laju teknologi informasi atau teknologi
komunikasi telah menjadi sarana difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga
alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam bagi masyarakat luas.Akibatnya
masyarakat tidak tertarik lagi menikmati berbagai seni pertunjukan tradisional
yang sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka.Misalnya saja kesenian
tradisional wayang orang Bharata, yang terdapat di Gedung Wayang Orang Bharata
Jakarta
kini tampak sepi seolah-olah tak ada pengunjungnya. Hal ini sangat disayangkan
mengingat wayang merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional Indonesia
yang sarat dan kaya akan pesan-pesan moral, dan merupakan salah satu agen
penanaman nilai-nilai moral yang baik, menurut saya. Contoh lainnya adalah
kesenian Ludruk yang sampai pada tahun 1980-an masih berjaya di Jawa Timur
sekarang ini tengah mengalami “mati suri”. Wayang orang dan ludruk merupakan
contoh kecil dari mulai terdepaknya kesenian tradisional akibat
globalisasi.Bisa jadi fenomena demikian tidak hanya dialami oleh kesenian Jawa
tradisional, melainkan juga dalam berbagai ekspresi kesenian tradisional di
berbagai tempat di Indonesia.Sekalipun demikian bukan berarti semua kesenian
tradisional mati begitu saja dengan merebaknya globalisasi. Di sisi lain, ada
beberapa seni pertunjukan yang tetap eksis tetapi telah mengalami perubahan
fungsi.
Ada
pula kesenian yang mampu beradaptasi dan mentransformasikan diri dengan
teknologi komunikasi yang telah menyatu dengan kehidupan masyarakat, misalnya
saja kesenian tradisional “Ketoprak” yang dipopulerkan ke layar kaca oleh
kelompok Srimulat.
Kenyataan
di atas menunjukkan kesenian ketoprak sesungguhnya memiliki penggemar
tersendiri, terutama ketoprak yang disajikan dalam bentuk siaran televisi,
bukan ketoprak panggung.Dari segi bentuk pementasan atau penyajian, ketoprak
termasuk kesenian tradisional yang telah terbukti mampu beradaptasi dengan
perubahan zaman. Selain ketoprak masih ada kesenian lain yang tetap bertahan
dan mampu beradaptasi dengan teknologi mutakhir yaitu wayang kulit. Beberapa
dalang wayang kulit terkenal seperti Ki Manteb Sudarsono dan Ki Anom Suroto
tetap diminati masyarakat, baik itu kaset rekaman pementasannya, maupun
pertunjukan secara langsung. Keberanian stasiun televisi Indosiar yang sejak
beberapa tahun lalu menayangkan wayang kulit setiap malam minggu cukup sebagai
bukti akan besarnya minat masyarakat terhadap salah satu khasanah kebudayaan
nasional kita. Bahkan Museum Nasional pun tetap mempertahankan eksistensi dari
kesenian tradisonal seperti wayang kulit dengan mengadakan pagelaran wayang
kulit tiap beberapa bulan sekali dan pagelaran musik gamelan tiap satu minggu
atau satu bulan sekali yang diadakan di aula Kertarajasa, Museum Nasional.
D. PENGARUH GLOBALISASI
TERHADAP BUDAYA BANGSA
Arus
globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan budaya
bangsa Indonesia .Derasnya arus informasi dan telekomunikasi ternyata
menimbulkan sebuah kecenderungan yang mengarah terhadap memudarnya nilai-nilai
pelestarian budaya.
Perkembangan
3T (Transportasi, Telekomunikasi, dan Teknologi) mengkibatkan berkurangnya
keinginan untuk melestarikan budaya negeri sendiri .Budaya Indonesia yang
dulunya ramah-tamah, gotong royong dan sopan berganti dengan budaya barat,
misalnya pergaulan bebas.
Di
Tapanuli (Sumatera Utara) misalnya, duapuluh tahun yang lalu, anak-anak
remajanya masih banyak yang berminat untuk belajar tari tor-tor dan tagading
(alat musik batak). Hampir setiap minggu dan dalam acara ritual kehidupan,
remaja di sana selalu diundang pentas sebagai hiburan budaya yang meriah. Saat
ini, ketika teknologi semakin maju, ironisnya kebudayaan-kebudayaan daerah
tersebut semakin lenyap di masyarakat, bahkan hanya dapat disaksikan di
televisi dan Taman Mini Indonesi Indah (TMII).
Padahal
kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut, bila dikelola dengan baik selain dapat
menjadi pariwisata budaya yang menghasilkan pendapatan untuk pemerintah baik
pusat maupun daerah, juga dapat menjadi lahan pekerjaan yang menjanjikan bagi
masyarakat sekitarnya. Hal lain yang merupakan pengaruh globalisasi adalah
dalam pemakaian bahasa indonesia yang baik dan benar (bahasa juga salah satu
budaya bangsa).
Sudah
lazim di Indonesia untuk menyebut orang kedua tunggal dengan Bapak, Ibu, Pak,
Bu, Saudara, Anda dibandingkan dengan kau atau kamu sebagai pertimbangan nilai
rasa. Sekarang ada kecenderungan di kalangan anak muda yang lebih suka
menggunakan bahasa Indonesia dialek Jakarta seperti penyebutan kata gue (saya)
dan lu (kamu). Selain itu kita sering dengar anak muda mengunakan bahasa
Indonesia dengan dicampur-campur bahasa inggris seperti OK, No problem dan
Yes’, bahkan kata-kata makian (umpatan) sekalipun yang sering kita dengar di
film-film barat, sering diucapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata ini
disebarkan melalui media TV dalam film-film, iklan dan sinetron bersamaan
dengan disebarkannya gaya hidup dan fashion . Gaya berpakaian remaja Indonesia
yang dulunya menjunjung tinggi norma kesopanan telah berubah mengikuti
perkembangan jaman. Ada kecenderungan bagi remaja putri di kota-kota besar
memakai pakaian minim dan ketat yang memamerkan bagian tubuh tertentu. Budaya
perpakaian minim ini dianut dari film-film dan majalah-majalah luar negeri yang
ditransformasikan kedalam sinetron-sinetron Indonesia . Derasnya arus
informasi, yang juga ditandai dengan hadirnya internet, turut serta
`menyumbang` bagi perubahan cara berpakaian. Pakaian mini dan ketat telah
menjadi trend dilingkungan anak muda.Salah satu keberhasilan penyebaran
kebudayaan Barat ialah meluasnya anggapan bahwa ilmu dan teknologi yang
berkembang di Barat merupakan suatu yang universal.Masuknya budaya barat (dalam
kemasan ilmu dan teknologi) diterima dengan `baik`. Pada sisi inilah
globalisasi telah merasuki berbagai sistem nilai sosial dan budaya Timur
(termasuk Indonesia ) sehingga terbuka pula konflik nilai antara teknologi dan
nilai-nilai ketimuran.
E. PENGARUH
DAN DAMPAK YANG DITIMBULKAN GLOBALISASI TERHADAP MASYARAKAT MAJENE
a.
Pengaruh
Globalisasi Terhadap jati diri di Kalangan Generasi Muda
Majene.
Arus
globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan
muda.Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kita
kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia.Hal ini ditunjukkan dengan
gejala-gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari anak muda sekarang. Dari
cara berpakaian banyak remaja-remaja kita yang berdandan seperti selebritis
yang cenderung ke budaya Barat. Padahal cara berpakaian tersebut jelas- jelas
tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat
beraneka warna. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan
mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.
Teknologi
internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat
diakses oleh siapa saja.Apa lagi bagi anak muda, internet sudah menjadi
santapan mereka sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya tentu akan
memperoleh manfaat yang berguna. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa
yang menggunakan tidak semestinya.Misal untuk membuka situs-situs porno, bahkan
sampai terkena penipuan.Bukan hanya internet saja, ada lagi pegangan wajib
mereka yaitu hand phone, apalagi sekarang ini mulai muncul hand phone yang
berteknologi tinggi.Mereka justru berlomba-lomba untuk memilikinya, tapi kita
lihat alat musik kebudayaan kita belum tentu mereka mengetahuinya.Hal ini jika
kita lihat dari segi sosial, maka kepedulian terhadap masyarakat menjadi tidak
ada karena mereka lebih memilih kesibukan dengan menggunakan handphone
tersebut.
Dilihat
dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak tahu sopan santun dan
cenderung tidak peduli terhadap lingkungan.Karena globalisasi menganut
kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Jika
pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau apa jadinya generasi muda bangsa?
Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkhis antara golongan
muda. Hubungannya dengan nilai jati diri akan berkurang karena tidak ada rasa
cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat.
Padahal generasi muda adalah penerus masa depan bangsa. Apa akibatnya jika
penerus bangsa tidak memiliki jati diri?
Marilah
kita Mengembalikan Jati Diri Bangsa Indonesia, terima globalisasi dengan rasa
kritis dan banyak melakukan hal positif dalam menggunakan globalisasi yang ada
sekarang ini.Sebagai masyarakat Indonesia mulai dari sekarang kita utamakan
produk dalam negeri dan kenali kebudayaan kita.
b.
Dampak Positif Globalisasi Terhadap Masyarakat Majene.
1. Dilihat dari aspek globalisasi
politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis, karena
pemerintahan adalah bagian dari suatu negara. Jika pemerintahan dijalankan
secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari
rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa jati diri terhadap negara menjadi
meningkat dan kepercayaan masyarakat akan mendukung yang dilakukan oleh
pemerintahan.
2. Dari aspek globalisasi
ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja yang
banyak dan meningkatkan devisa suatu negara. Dengan adanya hal tersebut akan
meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang dapat menunjang kehidupan nasional
dan akan mengurangi kehidupan miskin.
3. Dari aspek globalisasi sosial
budaya, kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang
tinggi dan disiplin serta Iptek dari negara lain yang sudah maju untuk
meningkatkan kedisplinan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa serta akan
mempertebal jati diri kita terhadap bangsa. Serta kita juga dapat bertukar ilmu
pengetahuan tentang budaya suatu bangsa.
c.
Dampak Negatif Globalisasi Terhadap Masyarakat Majene.
1. Aspek politik, Globalisasi
mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan
dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi
Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya jati diri
bangsa akan luntur dan tidak mungkin lagi bangsa kita akan terpecah belah.
2. Aspek Globalisasi ekonomi,
hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar
negeri (mainan, minuman, makanan, pakaian, dll) membanjiri Indonesia. Dengan
hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala
berkurangnya jati diri bangsa kita. Maka hal ini akan menghilangkan beberapa perusahaan
kecil yang memang khusus memproduksi produk dalam negeri.
3. Masyarakat kita khususnya anak
muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia dimana
dilihat dari sopan santun mereka yang mulai berani kepada orang tua, hidup
metal, hidup bebas, dll. Justru anak muda sekarang sangat mengagungkan gaya
barat yang sudah masuk ke bangsa kita dan semakin banyak yang cenderung meniru
budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.
4. Mengakibatkan adanya
kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya
persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan
pertentangan yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa. Serta menambah
angka pengangguran dan tingkat kemiskinan suatu bangsa.
5. Munculnya sikap individualisme
yang menimbulkan ketidakpedulian sesama warga. Dengan adanya individualisme
maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa. Padahal jati diri bangsa
kita dahulu mengutamakan Gotong Royong, tapi kita sering lihat sekarang
contohnya saja di perumahan / komplek elit, mereka belum tentu mengenal
sesamanya. Dari hal tersebut saja sudah tercermin tidak adanya kepedulian,
karena jika tidak kenal maka tidak sayang.
Dampak
di atas akan perlahan-lahan mempengaruhi kehidupan bangsa Indonesia, Akan
tetapi secara keseluruhan aspek dapat menimbulkan rasa nasionalisme terhadap
bangsa menjadi berkurang atau luntur.
Sebab
globalisasi mampu membuka cakrawala masyarakat Indonesia secara global.Apa yang
ada di luar negeri dianggap baik memberi aspirasi kepada masyarakat kita untuk
diterapkan di negara kita.
Bila
dilaksanakan belum tentu sesuai di Indonesia. Bila tidak dilaksanakan akan
dianggap tidak aspiratif dan dapat bertindak anarkis sehingga mengganggu
stabilitas nasional, ketahanan nasional bahkan persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia.
F. TINDAKAN YANG MENDORONG
TIMBULNYA GLOBALISASI KEBUDAYAAN DAN CARA MENGANTISIPASI ADANYA GLOBALISASI
KEBUDAYAAN
Peran
kebijaksanaan pemerintah yang lebih mengarah kepada pertimbangan-pertimbangan
ekonomi daripada cultural atau budaya dapat dikatakan merugikan suatu
perkembangan kebudayaan. Jennifer Lindsay (1995) dalam bukunya yang berjudul
‘Cultural Policy And The Performing Arts In South-East Asia’, mengungkapkan
kebijakan kultural di Asia Tenggara saat ini secara efektif mengubah dan
merusak seni-seni pertunjukan tradisional, baik melalui campur tangan,
penanganan yang berlebihan, kebijakan-kebijakan tanpa arah, dan tidak ada
perhatian yang diberikan pemerintah kepada kebijakan kultural atau konteks
kultural.
Dalam
pengamatan yang lebih sempit dapat kita melihat tingkah laku aparat pemerintah
dalam menangani perkembangan kesenian rakyat, di mana banyaknya campur tangan
dalam menentukan objek dan berusaha merubah agar sesuai dengan tuntutan
pembangunan.Dalam kondisi seperti ini arti dari kesenian rakyat itu sendiri
menjadi hambar dan tidak ada rasa seninya lagi.Melihat kecenderungan tersebut,
aparat pemerintah telah menjadikan para seniman dipandang sebagai objek
pembangunan dan diminta untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan simbol-simbol
pembangunan.
Hal
ini tentu saja mengabaikan masalah pemeliharaan dan pengembangan kesenian
secara murni, dalam arti benar-benar didukung oleh nilai seni yang mendalam dan
bukan sekedar hanya dijadikan model saja dalam pembangunan.
Dengan
demikian, kesenian rakyat semakin lama tidak dapat mempunyai ruang yang cukup
memadai untuk perkembangan secara alami atau natural, karena itu, secara tidak
langsung kesenian rakyat akhirnya menjadi sangat tergantung oleh model-model
pembangunan yang cenderung lebih modern dan rasional. Sebagai contoh dari
permasalahan ini dapat kita lihat, misalnya kesenian asli daerah Betawi yaitu,
tari cokek, tari lenong, dan sebagainya sudah diatur dan disesuaikan oleh
aparat pemerintah untuk memenuhi tuntutan dan tujuan kebijakan-kebijakan
politik pemerintah.
Aparat
pemerintah di sini turut mengatur secara normatif, sehingga kesenian Betawi
tersebut tidak lagi terlihat keasliannya dan cenderung dapat membosankan. Untuk
mengantisipasi hal-hal yang tidak dikehendaki terhadap keaslian dan
perkembangan yang murni bagi kesenian rakyat tersebut, maka pemerintah perlu
mengembalikan fungsi pemerintah sebagai pelindung dan pengayom
kesenian-kesenian tradisional tanpa harus turut campur dalam proses
estetikanya. Memang diakui bahwa kesenian rakyat saat ini membutuhkan dana dan
bantuan pemerintah sehingga sulit untuk menghindari keterlibatan pemerintah dan
bagi para seniman rakyat ini merupakan sesuatu yang sulit pula membuat
keputusan sendiri untuk sesuai dengan keaslian (oroginalitas) yang diinginkan
para seniman rakyat tersebut.
Oleh
karena itu pemerintah harus ‘melakoni’ dengan benar-benar peranannya sebagai
pengayom yang melindungi keaslian dan perkembangan secara estetis kesenian
rakyat tersebut tanpa harus merubah dan menyesuaikan dengan kebijakan-kebijakan
politik.
Globalisasi
informasi dan budaya yang terjadi menjelang millenium baru seperti saat ini
adalah sesuatu yang tak dapat dielakkan.Kita harus beradaptasi dengannya karena
banyak manfaat yang bisa diperoleh. Harus diakui bahwa teknologi komunikasi
sebagai salah produk dari modernisasi bermanfaat besar bagi terciptanya dialog
dan demokratisasi budaya secara masal dan merata.
Globalisasi
mempunyai dampak yang besar terhadap budaya. Kontak budaya melalui media massa
menyadarkan dan memberikan informasi tentang keberadaan nilai-nilai budaya lain
yang berbeda dari yang dimiliki dan dikenal selama ini. Kontak budaya ini
memberikan masukan yang penting bagi perubahan-perubahan dan
pengembangan-pengembangan nilai-nilai dan persepsi dikalangan masyarakat yang
terlibat dalam proses ini. Kesenian bangsa Indonesia yang memiliki kekuatan
etnis dari berbagai macam daerah juga tidak dapat lepas dari pengaruh kontak
budaya ini.Sehingga untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap
perubahan-perubahan diperlukan pengembangan-pengembangan yang bersifat global
namun tetap bercirikan kekuatan lokal atau etnis.
Globalisasi
budaya yang begitu pesat harus diantisipasi dengan memperkuat identitas
kebudayaan nasional.Berbagai kesenian tradisional yang sesungguhnya menjadi
aset kekayaan kebudayaan nasional jangan sampai hanya menjadi alat atau slogan
para pemegang kebijaksanaan, khususnya pemerintah, dalam rangka keperluan
turisme, politik dsb.Selama ini pembinaan dan pengembangan kesenian tradisional
yang dilakukan lembaga pemerintah masih sebatas pada unsur formalitas belaka,
tanpa menyentuh esensi kehidupan kesenian yang bersangkutan.
Akibatnya,
kesenian tradisional tersebut bukannya berkembang dan lestari, namun justru
semakin dijauhi masyarakat.Dengan demikian, tantangan yang dihadapi oleh
kesenian rakyat cukup berat.Karena pada era teknologi dan komunikasi yang
sangat canggih dan modern ini masyarakat dihadapkan kepada banyaknya alternatif
sebagai pilihan, baik dalam menentukan kualitas maupun selera.Hal ini sangat
memungkinkan keberadaan dan eksistensi kesenian rakyat dapat dipandang dengan
sebelah mata oleh masyarakat, jika dibandingkan dengan kesenian modern yang
merupakan imbas dari budaya pop. Untuk menghadapi hal-hal tersebut di atas ada
beberapa alternatif untuk mengatasinya, yaitu meningkatkan Sumber Daya Manusia
(SDM ) bagi para seniman rakyat. Selain itu, mengembalikan peran aparat
pemerintah sebagai pengayom dan pelindung, dan bukan sebaliknya justru
menghancurkannya demi kekuasaan dan pembangunan yang berorientasi pada
dana-dana proyek atau dana-dana untuk pembangunan dalam bidang ekonomi saja
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengaruh
globalisasi disatu sisi ternyata menimbulkan pengaruh yang negatif bagi
kebudayaan bangsa Indonesia .Norma-norma yang terkandung dalam kebudayaan
bangsa Indonesia perlahan-lahan mulai pudar.Gencarnya serbuan teknologi
disertai nilai-nilai interinsik yang diberlakukan di dalamnya, telah
menimbulkan isu mengenai globalisasi dan pada akhirnya menimbulkan nilai baru
tentang kesatuan dunia.
Radhakrishnan
dalam bukunya Eastern Religion and Western Though (1924) menyatakan “untuk
pertama kalinya dalam sejarah umat manusia, kesadaran akan kesatuan dunia telah
menghentakkan kita, entah suka atau tidak, Timur dan Barat telah menyatu dan
tidak pernah lagi terpisah.Artinya adalah bahwa antara barat dan timur tidak
ada lagi perbedaan. Atau dengan kata lain kebudayaan kita dilebur dengan
kebudayaan asing. Apabila timur dan barat bersatu, masihkah ada ciri khas
kebudayaan kita? Ataukah kita larut dalam budaya bangsa lain tanpa meninggalkan
sedikitpun sistem nilai kita? Oleh karena itu perlu dipertahanan aspek sosial
budaya Indonesia sebagai identitas bangsa.Caranya adalah dengan penyaringan
budaya yang masuk ke Indonesia dan pelestarian budaya bangsa.
Bagi
masyarakat yang mencoba mengembangkan seni tradisional menjadi bagian dari
kehidupan modern, tentu akan terus berupaya memodifikasi bentuk-bentuk seni
yang masih berpolakan masa lalu untuk dijadikan komoditi yang dapat dikonsumsi
masyarakat modern. Karena sebenarnya seni itu indah dan mahal.Kesenian adalah
kekayaan bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya dan tidak dimiliki
bangsa-bangsa asing. Oleh sebab itu, sebagai generasi muda, yang merupakan pewaris
budaya bangsa, hendaknya memelihara seni budaya kita demi masa depan anak cucu.
B. SARAN – SARAN
Dari
hasil pembahasan diatas, dapat dilakukan beberapa tindakan untuk mencegah
terjadinya pergeseran kebudayaan yaitu :
1. Pemerintah perlu mengkaji
ulang perturan-peraturan yang dapat menyebabkan pergeseran budaya bangsa.
2. Masyarakat perlu berperan
aktif dalam pelestarian budaya daerah masing-masing khususnya dan budaya bangsa
pada umumnya.
3. Para pelaku usaha media massa
perlu mengadakan seleksi terhadap berbagai berita, hiburan dan informasi yang
diberikan agar tidak menimbulkan pergeseran budaya.
4. Masyarakat perlu menyeleksi
kemunculan globalisasi kebudayaan baru, sehingga budaya yang masuk tidak
merugikan dan berdampak negative.
5. Masyarakat harus berati-hati
dalam meniru atau menerima kebudayaan baru, sehingga pengaruh globalisasi di
negara kita tidak terlalu berpengaruh pada kebudayaan yang merupakan jati diri
bangsa kita.
0 komentar:
Posting Komentar