APBN–P 2011
Soal Inflasi 5,65 persen
Laju inflasi sebesar 5,65 persen akhirnya di tetapkan sebagai asumsi baru bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2011. Kesepakatan final yang dibacakn Ketua Badan Anggaran DPR Melchias Markus Mekeng ini diterima semua anggota DPR dalam sidang Paripurna, 22 Juli 2011.
Angka inflasi yang memiliki dua digit di belakang koma itu seperti ganjil karena umumnya asumsi laju inflasi dalam APBN selalu satu angka bulat atau ditambah satu digit di belakang koma. Namun , angka inflasi APBN-P (yang mengindikasikan kenaikan beban anggaran masyarakat secara nasional) memang memiliki cerita yang menggemaskan.
Kisah munculnya angka 5,65 persen itu dimulai sejak pembahasan di Komisi XI DPR (rekan kerja pemerintah yang memang bertanggung jawab atas asumsi ekonomi makro untuk APBN ) pada awal Juli 2011. Saat itu, tiga dari asumsi ekonomi makro yang harus diselesaikan di Komisi XI , yakni pertumbuhan ekonomi, nilai tukar rupiah, dan tingkat suku bunga, sudah diputuskan , masing-masing 6,5 persen ; Rp.8700 per dollar AS ; dan 5,6 persen.
Adapun asumsi inflasi menjadi yang paling alot dibahas. Di awal pertemuan itu, Menteri Keuangan Agus Darmawan Wintarto Martowardojo mengusulkan angka inflasi 6 persen. Ini adalah asumsi yang paling dekat dengan usul Bank Indonesia yakni 6,1 persen. Angka yang mengasumsikan bahwa pemerintah kemungkinan akan menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sebesar Rp.500,00 per liter.
Salah satu factor penyebab alotnya penetapan asumsi inflasi waktu itu berapapun angka yang diinginkan Menteri Keuangan akan menjadi indikasi kebijakan yang ingin diambil pemerintah terhadap BBM. Jika inflasi ditetapkan diatas 6 persen, itu artinya ada kemungkinan harga BBM akan dinaikan. Namun jika inflasi di tetepkan sekitar 5,8 persen , maka aka nada kebijakan pengendalian konsumsi BBM. Adapun jika inflasi ditetapkan dibawah 5,6 persen, pemerintah tidak berencana menerbitkan kebijakan apapun .
Lalu, Menteri Keuangan menurunkan laju inflasinya ke 5,8 persen dengan ungkapan lucu “sudah deh, dari kami 5,8 persen .bungkus” ujarnya, disambut derai tawa peserta sidang. Namun, usul itu pun ditolak Komisi XI DPR, hingga akhirnya jatuh ke posisi 5,65 persen .
Tawar menawar seperti jual-beli dipasar tradisional ini sesaat sempat memburamkan pandangan bahwa sebenarnya isu yang sedang dibahas teramat penting. Inflasi dituding sebagai penyebab bertambahnya kemiskinan. Sebab, orang miskin akan semakin tertekan jika daya belinya menurun akibat kenaikan harga bahan kebutuhan pokok.
Badan Pusat Statistik memperkirakan, setiap kenaikan laju inflasi 1 persen, akan mendorong kemiskinan 0,8 persen. Sementara Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia memproyeksikan, setiap kenaikan inflasi 1 persen, akan menaikan kemiskinan sebesar 0,2 persen.
Jadi jelas, asumsi inflasi tidak bisa di anggap sepele. Ini adalah salah satu asumsi ekonomi yang mempertaruhkanorang banyak. Salah mengukur akan berakibat fatal pada masyarakat miskin.
Sumber : Koran Kompas tanggal 23 Juli 2011
0 komentar:
Posting Komentar